Berdirinya Republik China (Sun Yat Sen)
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak
pertengahan kurun ke-19, dinasti Qing sentiasa menghadapi pemberontakan dalam
negeri dan juga sering berperang dengan kuasa-kuasa luar. Dalam sejarah Dinasti, China telah mengalami kekalahan berturut-turut dalam
empat peperangan utama dengan kuasa-kuasa asing seperti Perang Candu
(1839-1842), Perang Aglo-China (1856-1860),
Perang China Perancis (1884-1885) dan Perang China-Jepun (1894-1895).
Karena adanya ketidakpuasan rakyat ini para pemberontakan
terus saja terjadi dan yang paling berengaruh adalah pemberontakan dan
pergerakan yang dipimpin oleh Sun Yat Sen yang mendesuskan gerakan revolusioner
untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk republik, hal inilah yang
mendorong berdirinya Republik Cina.
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Republik China?
2. Bagaimana peranan Dr. Sun Yat Sen dalam mendirikan
republik China?
3. Bagaimana kehidupan politik, ekonomi, dan sosial
budaya republik China?
4. Bagaimana proses perkembangan komunisme di China?
2.2 Tujuan
1. Memaparkan latar belakang berdirinya Republik China
2. Mengetahui kepemimpinan Sun Yat Sen
3. Mengetahui perkembangan politik,ekonomi,sosial budaya
Republik China
4. Mengetahui proses berkembangnya komunisme di China
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Berdirinya
Republik Cina
Kekalahan demi kekalahan terhadap
bangsa Barat , ketidak cakapan kaisar-kaisar terakhir pada Dinasti Qing dalam
memerintah, serta penderitaan rakyat yang semakin menjadi-jadi pada masa itu,
mengakibatkan menguatnya sentimen anti-Manchu , sehingga
timbul berbagai pemberontakan dan gerakan rakyat. Merembesnya pengaruh
pemikiran demokrasi Barat melalui daerah-daerah Ekstratoritarial asing yang
sebagian besar terletak di selatan China menjadi sebab mengapa sebagian besar
pemimpin pembaruan dan pergerakan berasal dari China Selatan.
Menyadari
kondisi yang sangat genting itu, kerajaan menjanjikan dibentuknya Dewan Rakyat
( semacam senat atau kongres di Barat yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil
rakyat), namun Dewan Rakyat yang dijanjikan pada tahun 1906 itu baru berhasil
dibentuk dalam tahun 1910 dan mengadakan sidang yang pertama. Pada kesempatan
tersebut rakyat menuntut diadakannya kabinet atau dewan menteri. Tuntutan itu
dikabulkan ,tetapi rakyat tetap tidak puas , karena sebagai ketuanya diangkat
Pangeran Jing yang terkenal korup. Selain itu, diantara 13 orang anggotanya
hanya 4 orang saja yang merupakan bangsa Tionghoa, sedangkan sisanya keturunan
Manchu.
Karena
adanya ketidak-puasan rakyat ini, pemberontakan terus saja terjadi. Diantara
semua pemimpin pemberontakan dan pergerakan, yang paling terkemuka adalah Sun
Yat Sen. Sun yang pernah berdiam di daratan Eropa mempelajari berbagi pemikiran
budaya Barat termasuk pemikiran sosialisme yang mendorong pemikirannya untuk
memerdekakan China. Beliau juga mendirikan suatu perkumpulan bernama Zhongguo
Dongmenghui, dimana anggotanya harus berikrar untuk:
1.
Mengusir
bangsa Manchu
2.
Merebut
kembali China bagii Bangsa Tionghoa
3.
Mendirikan
suatu negara berbentuk Republik
4.
Menyama-ratakan
kepemilikan tanah
Orang Tionghoa diluar negeri banyak memberikan dukungan
dana sehingga memperlancar perjuangaannya.
Sementara itu,
kondisi dinasti Qing makin diperparah dengan gerakan menuntut otonomi yang
dilakukan oleh brbagai provinsi, seperti di Sichuan. Perkumpulanter Dongmenghui
yang diprakarsai oleh Dr. Sun Yat Sen merencanakan untuk mengadakan gerakan
kembali pada akhir tahun tersebut. Mereka hendak merebut kota Wuchang di
provinsi Hubei. Namun , karena daftar nama pemberontakan terburu jatuh ketangan
pemerintah, gerakan tersebut harus segera dilaksanakan. Pada tanggal 10 Oktober
1911, kaum pemberontak telah berhasil mengusai seluruh kota Wuchang. Padaa tanggal
22 Oktober Dewan Nasional mengadakan sidang darurat di Beijing, pada tanggal 27
Oktober, mereka pada hakikatnya menerima resolusi-resolusi yang menuntut agar
kaum kaisar tidak diperkenankan menjadi anggota kabinet serta izin bagi
pembentukan partai-partai politik.
Satu bulan
kemudian, yakni pada akhir Desember 1911, kemenangan telah berpihak pada kubu
revolusioner. Pada tanggal 1 januari 1912 sepakat mengangkat Dr. Sun Yat Sen sebagai presiden pemerintah
sementara Republik Cina.
2.2
Republik Cina Dibawah Pimpinan Sun Yat Sen
a.
Peranan Dr. Sun Yat Sen
Dr Sun Yat Sen Lahir 12 November 1866 di Guang
dong Cina, anak seorang petani miskin yang merantau ke Honolulu Hawai Amerika
Serikat mengikuti kakak lelakinya untuk menempuh pendidikan. Sut Yat Sen
kembali ke Cina tahun 1883, kemudian pindah ke Hongkong untuk menempuh
pendidikan kedokteran hingga lulus tahun 1892. Dr Sut Yat Sangat terkenal
karena ia merupakan tokoh nasional Cina
yang berjuang untuk persatuan nasional Cina, pembangunan ekonomi, dan
pembentukan pemerintahan republik. Ia sangat berpengaruh dalam sejarah Cina
modern.
Dr Sun Yat Sen memutuskan
meninggalkan dunia medis dan kembali ke Hawai mendirikan organisasi pergerakan
untuk menjatuhkan penguasa Manchu. Langkah ini disebabkan kegundahannya melihat
kemerosotan Cina pada masa dinasti Qing yang sangat korup. Setelah kekalahan
Cina dalam perang Cina-Jepang tahun 1894-1895 Sun Yat Sen kembali ke Hongkong
merancang pemberontakan Guangzhou. Walaupun usahanya ini gagal, namun semangat
nasionalisme dan gerakan revolusioner mulai tumbuh di masyarakat Cina terutama
di perantauan. Namanya terkenal di dunia internasional setelah ditahan oleh
kedutaan Cina di London tahun 1896. Selama 16 tahun berikutnya ia banyak
berkelana mempelajari secara intensif pemikiran politik dan ekonomi barat dan
membangun arah politik dan ekonomi negerinya.
Sun Yat Sen banyak mendapat dukungan secara
finansial, moral maupun politik dari dunia internasional. Banyak kolega,
koneksi-koneksi luar negerinya yang memberikan bantuan seperti dari pemerintah
Jepang tahun 1897. Para intelektual Cina di perantauan juga memberikan dukungan
penuh sehingga tahun 1905 ia segera mendirikan T`ung meng Hui (Liga
Revolusioner gabungan) yang memberjuangkan tiga visi yaitu nasionalisme,
demokrasi dan kesejahteraan rakyat.
1 Januari 1912, Dr. Sun Yat Sen
diambil sumpahnya sebagai presiden di Nanjing. Dengan demikian Republik China
dapat dianggap mulai berdiri pada tanggal tersebut. Dr. Sun kemudian membentuk
kabinet yang terdiri dari Huang Xing (menteri peperangan), Wu Dingfang (menteri
luar negeri), Wang Zhonghui (menteri kehakiman), Cai Yuanpei (menteri
pendidikan), Chen Jindao (menteri keuangan), Zhang Qian (menteri perdagangan
dan industry), Dang Shouqian (menteri dalam negeri).
Program Sun Yat Sen adalah :
Program Sun Yat Sen terdiri dari
tiga prinsip dasar, Trisila rakyat, samin chu-i. Prinsip nasionalisme Min-tsu
chu-I berarti pembebasan dari pembebasan dari penjajahan asing oleh bangsa
Manchu. Karena alasan taktis Sun Yat Sen tidak menentang Negara asing, menegaskan
bahwa Cina akan tetap melaksanakan kewajiban perjanjian luar negeri – karena
revolusi sama sekali tidak akan berhasil jika Negara asing dimusuhi. Sila yang
kedua adalah kedaulatan rakyat,Min-ch’uun chu-I,yang berarti pelaksanaan secara
bertahap dari system demokrasi barat. Tahap pertama setelah revolusi adalah
revolusi militer,tahap kedua semacam demokrasi terpimpin dan baru
kemudian demokrasi penuh akan dipraktekkan.
Tata Negara akan terdiri dari lima ‘kekuasaan’ disamping
trias politica Montesqieu (eksekutif,legislative,dan pengadilan) akan
dipertahankan dua unsur dari Negara Cina tradisional yaitu badan sensor,dan
biro ujian untuk menyeleksi calon pegawai negeri.Akhirnya sila ketiga adalah
prinsip kesejahteraan rakyat ,Min-seng chu-I,yang menjadi program sosia ekonomi
dari partai.Dasar dari program tersebut adalah pendapat dari antara lain John
Stuart Mill,bahwa nilai tanah akan naik dengan cepat sebagai akibat dari
industrialisasi,dan pertambahan nilai tersebut akan digunakan oleh seluruh
rakyat melalui system pajak tanah. Hal ini sekaligus akan memecahkan persoalan
ketidaksamaan sosial.
Sementara itu,
pemerintah Manchu makin menyadari bahwa kekuasaan mereka sudah sulit
dipertahankan lagi, sehingga pada tanggal 12 Februari 1912, Ibusuri Long Yu
terpaksa mengeluarkan sebuah maklumat yang juga ditandatangani oleh Yuan Shikai
sebagai perdana menteri. Isi maklumat itu menyatakan bahwa ibusuri beserta
kaisar Xuandong (Puyi) yang masih kanak-kanak menyerahkan kedaulatannya pada
seluruh rakyat China. Dimaklumkan pula bahwa bentuk pemerintahan China
selanjutnya adalah republik. Dengan demikian, peristiwa ini bukan saja
merupakan akhir bagi dinasti Qing, melainkan juga sistem kekaisaran yang telah
berlangsung di China selama ribuan tahun. Pihak istana lalu menyerahkan mandate
pada Yuan Shikai untuk membangun pemerintahan sementara, tetapi mereka meminta
agar kaisar tetap diizinkan menyandang gelarnya serta diberi gaji tahunan
sebesar 4 juta $. Selain itu, keluarga kerajaan agar diizinkan tetap memiliki
harta kekayannya.
Kejatuhan Dinasti Qing
ini dengan segera dikabarkan oleh Yuan pada Sun Di Nanjing. Dengan girang Sun
menerima kabar itu dan menyetujui segenap permintaan pihak Qing. Sebagai
jawabannya, Sun menyatakan bahwa ia akan
meletakkan jabatan sebagai presiden republic dan mengusulkan Yuan sebagai
penggantinya. Ada beberapa pendapat dan alasan mengapa Dr. Sun bersedia
melepaskan jabatannya sebagai presiden setelah berhasil menggulingkan Dinasti
Qing yakni :
(1) hal ini sesuai dengan sumpahnya
dahulu ketika menerima jabatan tersebut, di mana ia akan bersumpah akan
menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin hingga pemerintahan monarki absolut
runtuh dan China menjadi suatu negara yang berdiri sama tinggi dan duduk sama
rendah dengan negara lainnya.
(2) ada pendapat yang menyatakan
bahwa telah terjadi beda pendapat antara Dr. Sun dengan pemimpin-pemimpin
pemerintahan sementara lainnya. Dr. Sun saat itu berpendapat bahwa China saat
itu belum siap dengan sistem undang-undang dasar dan memilih untuk
memberlakukan pemerintahan militer terlebih dahulu, dan bertentangan dengan
pendapat pemimpin lainnya,
(3) kebesaran hati Dr. Sun demi mencegah
timbulnya perang saudara antara pemerintahan sementara yang dibentuk oleh Yuan
Shikai di utara atas dasar mandat yang diberikan kekaisaran dengan pendukungnya
di Selatan.
Pada tanggal 14 Februari Presiden
Sun Yat Sen meletakkan jabatannya sebagai Presiden Sementara kepada Dewan
Nasional di Nan King. Hal itu dikarenakan Sun ingin menepati janjinya kepada
Yuan Shi Kai (tanggal 1 Januari 1912) untuk menjadikan Yuan sebagai Presiden
pertama Republik Nasional Cina. Permintaan pemberhentian Dr. Sun di kabulkan
pada tanggal 15 Februari 1912. Yuan Shi Kai diangkat menjadi Presiden dengan Li
Yuanhong sebagai wakilnya. Sun menyatakan kalau Yuan telah berjasa besar dalam
hal menjatuhkan kaisar Manchu dari tahta dan dalam hal mempersatukan Cina Utara
dan Selatan.
b. Masa
Pemerintahan Yuan Shikai
Yuan baru diangkat menjadi presiden
pada tanggal 10 Maret 1912. Tapi baru awal pemerintahannya saja, terdapat
kekecewaan dari Dr. Sun. Yuan ternyata tidak menghendaki adanya
pemerintahan demokratis yang dicita-citakan Dr. Sun. Ia tidak menginginkan
partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Paerlemen baru bersidang pada bulan
April 1913. Pada saat yang bersamaan Yuan berusaha memperkokoh kedudukannya baik
dari segi finansial maupun politis. Ia merundingkan pinjaman sebesar 25.000.00
dengan para banker yang berasal dari Inggris, Prancis Jerman, Rusia, Belgia,
dan Jepang. Meskipun tidak disetujui oleh parlemen, tetapi akhirnya kemenangan
berada di pihak Yuan. Untuk memperkuat kedudukannya secara politis, Yuan
mengganti gubernur-gubernur provinsi dengan para pengikutnya.
Dr. Sun sudah
tidak tinggal diam menyaksikan kesewenang-wenanangan ini dan mengerahkan
ekspedisi militer pada bulan Juli 1913 untuk menghukum Yuan, tetapi gagal
meskipun pernah berhasil menduduki Nanjing untuk sementara waktu. Ekspedisi ini
ditindas oleh Yuan dengan kekuatan militer dan Dr. Sun terpaksa melarikan ke
Jepang. Sementara itu, perkumpulan Dongmenghui
yang didirikan Dr. Sun telah diubah namanya menjadi Guomindang (Partai Rakyat) pada bulan Agustus 1912.
Yuan
berupaya memperbesar kekuasaannya dengan merancang undang-undang dasar baru
yang memusatkan kekuasaan di tangannya selaku presiden. Sebelumnya, anggota
parlemen yang berasal dari Guomindang
mengusulkan bahwa segenap keputusan presiden hendaknya disetujui oleh perdana
menteri yang bertanggung jawab terhadap parlemen. Yuan tidak menyukai usulan
itu dan memecat seluruh anggota perlemen yang berasal dari Guomindang. Undang-undang dasar baru yang disahkan pada bulan Mei
1914 itu memperbesar kekuasaan presiden dan memanjangkan masa jabatannya dari 5
menjadi 10 tahun. Selain itu, presiden dapat dipilih kembali secara terus
menerus tanpa batas, sehingga dengan demikian, Yuan menjamin bahwa dirinya dapat
menjadi presiden seumur hidup.
Bersamaan
dengan itu, meletuslah Perang Dunia I (1914-1918), dan Jepang yang
memiliterismenya sedang bangkit menggunakan kesempatan tersebut untuk meluaskan
wilayahnya di daratan China. Saat itu, Jepang masih sakit hati terhadap Jerman
yang menolak keinginannya memperoleh semenanjung Liaodong sebagai pampas an
atas kekalahan China dalam Perang China-Jepang (1894-1895). Oleh karenanya, ia
lalu bergabung dengan pihak Sekutu yang menjadi musuh Jerman. Pada bulan
Agustus 1914, didudukinya Shandong serta Qingdao yang menjadi wilayah jajahan
Jerman. Demi mneghindarkan kecurigaan dunia, Jepang menyatakan melalui perdana
menterinya bahwa ia tidak memiliki kehendak untuk merampas wilayah China,
kendati terus meluaskan kekuasaannya melebihi wilayah yang dahulu dikuasai
Jerman. Jepang yakin bahwa Negara-negara lain tidak akan campur tangan, karena
masih disibukkan dengan peperangan di daratan Eropa. Amerika Serikat yang saat
itu belum terjun dalam kancah Perang Dunia I sesekali menghinbau Jepang agar
tidak bertindak melebihi batas, namun imbauan ini dianggap angin lalu saja.
Bahkan
Jepang bertindak lebih berani dengan mengajukan Dua Puluh Satu Tuntutan
(ershiyitiao) kepada Presiden Yuan Shikai pada tanggal 18 Januari 1915 di mana
bila tuntutan-tuntutan itu tidak terpenuhi, China akan menjadi semacam jajahan
Jepang. Dua Puluh Satu Tuntutan itu dapat diringkas menjadi lima bagian sebagai
berikut:
(1) China
harus menyetujui penyerahan bekas jajahan Jerman keepada Jepang di Provinsi
Shandong yang saat itu telah berhasil dikuasainya serta menuntut dibukanya
beberapa kota lagi sebagai pelabuhan terbuka.
(2) Penyewaan
kota-kota, wilayah, dan jalan kereta api di Manchuria Selatn, Mongolia Dalam,
Port Arthur, dan Dairen akan diperpanjang menjadi 99 tahun. Di wilayah-wilayah
ini, orang Jepang boleh menyewa tanah, melakukan perjalanan, atau tinggal di
sana. Jepang memperoleh hak untuk membuka tambang dan jalan-jalan kereta api.
China harus mengangkat bangsa Jepang sebagai penasihat-penasihat resminya.
(3) Perusahaan
Hanyebing, yakni perusahaan tambang dan pengecoran besi terbesar di China,
hendaknya dijadikan perusahaan gabugan China-Jepang, dan pemerintah China tidak
boleh menjualnya tanpa seizin Jepang.
(4) China
berjanji unyuk tidak menyerahkan atau menyewakan pelabuhan atau teluk kepada
bangsa lain tanpa seizin Jepang.
(5) China
harus menggunakan orang Jepang sebagai penasihat pemerintah pusat. Lembaga
kepolisian di berbagai distrik harus diawasi bersama antara orang Jepang dan
Tionghoa. China harus membeli kebutuhan 50% mesiunya atau lebih dari Jepang
atau mendirikan senjata gabungan China-Jepang.
Pada
mulanya, Jepang merahasiakan Dua Puluh
Satu Tuntutan itu karena khawatirmendapat cercaan Negara-negara lain,
walaupun di lain pihak ia juga menyadari bahwa Negara-negara lain tidak akan
banyak bertindak karena masih disibukkan dengan peperangan. Tetapi akhirnya, Dua Puluh Satu Tuntutan itu bocor juga,
sehingga Jepeng pada tanggal 14 Februari 1915 terpaksa mengakui adanya
tuntutan-tuntutan terhadap China itu, namun hanya menyebutka 11 butir saja.
Yuan
Shikai selaku presiden tidak bersedia meluluskan permintaan itu, sehingga
Jepang pada tanggal 7 Mei 1915 mengeluarkan ultimatum kepada China. Akhirnya,
hanya tiga bagian pertama saja yang diterima dengan beberapa perubahan yang
meringankan. Rakyat yang merasa terhina dengan tuntutan Jepang itu lalu
mengadakan pemboikotan terhadap barang-barang Jepang.
Kekalutan
itu masih ditambah lagi dengan niat Yuan Shikai untuk mengangkat dirinya
menjadi kaisar. Yuan berhasil memanipulasi parlemen agar setuju dengan
pengangkatan dirinya sebagai kaisar dan mengubah bentuk pemerintahan dari
republik menjadi monarki. Setelah diberitahu oleh parlemen bahwa ia diangkat
sebagai kaisar, Yuan sesuai adat Tionghoa berpura-pura menolak hingga tiga kali.
Ia kemudian menetapkan tanggal 1 Januari 1916 sebagai hari penobatannya.
Kegemparan terjadi dan banyak orang menentang hal tersebut. Liang Qichao, yang
ketika itu menjadi menteri kehakiman, dan Li Yuanhong selaku wakil presiden
termasuk di antara para penentang Yuan. Dr. Sun Yat Sen yang saat itu masih
mengungsi di Jepang dan bahkan pihak-pihak lain yang netral sekalipun tetap
menginginkan dipertahankannya bentuk republic. Negeri-negeri asing juga ikut
campur tangan dengan menasihati Yuan agar mengurungkan niatnya menjadi kaisar
tapi tidak diindahkannya.
Ketidak
puasan terhadap Yuan makin meningkat sehingga beberapa provinsi melepaskan diri
pada bulan maret 1916 sebagai tanda protes dan timbul berbagai pemberontakan,
merisaukan Yuan Shikai, akhirnya ia mengurungkan niatnya menjadi kaisar dengan
gelar Hongxiang pada tanggal 23 Februari 1916 dan memambatalkannya sama sekali
pada tanggal 23 Februari 1916. Pengikut
Guo Mindang (pihak Dr Sun) tidak sabar lagi dengan kekacauan dalam bidang
pemerintahan tersebut, mereka lalu membentuk pemerintahan baru dalam pimpinan
Li Yuan Hong dengan demikian china terpecah menjadi 2 (Yuan diutara dan Li di
Selatan).
C. Era Para Gubernur Militer
(Warlord)
Wafatnya Yuan belum berarti
menyelesaikan masalah yang mendera republik yang masih berumur muda ini. Para
gubernur militer atau penguasa local yang disebut warlord saling bertempur satu
sama lain memperebutkan kekuasaan; bahkan pemerintahan pusat tak berdaya.
Adanya hak ekstra-teritorial yang diberikan kepada bangsa asing ikut
menyebabkan mengapa peperangan itu tidak ada habis-habisnya. Jika seorang
warlord kalah, ia akan melarikan diri ke wilayah ekstra-teritorial asing yang
tidak dapat dijangkau oleh lawannya sambil menunggu kesempatan untuk bertempur
kembali.
Era ini berlangsung dari tahun 1916
hingga penyatuan Cina kembali oleh Chiang Kai Shek (Jiang Jieshi) pada tahun
1928. Perang Dunia I yang saat itu sedang bergejolak membuat Cina ikut terseret
didalamnya. Bangsa Barat akan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Cina apabila
tidak mau menyatakan perang terhadap Jerman, sebagai gantinya Bangsa Barat akan
memepertimbangkan penundaan pembayaran penggati rugian selama pemberontakan
Boxer. Ternyata pihak Cina setuju dan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan
Jerman pada tanggal 14 Maret 1917. Perdana Menteri Duan Qirui menyetujui untuk
diadakannya perang, rapat gubernur-gubernur juga menyetujuinya. Tetapi anggota
parlemen tidak setuju, dan Duan meminta presiden untuk membubarkan parlemen.
Inilah yang mengawali warlordisme di Cina.
Pada tanggal 23 Mei, presiden
memecat Duan yang melarikan diri ke Tianjin. Lalu Duan dengan kesal hati
membuat pemerintahan baru dan menyatakan lepas dari pemerintahan Cina dengan Xu
Shichang Sebagai presidennya. Presiden Li Yuanzhong dengan ini meminta
perlindungan Jenderal Zhang Xun, seorang pengikut setia Dinasti Qing. Bunting
bagi Li, ternyata Zhang menghianatinya, bahkan Zhang berniat untuk
mengembalikan Cina kepada sisitem monarki dan memberikan jabatan Kaisar kembali
kepada Pu Yi. Li tak kuasa menghadapi Zhang dan melarikan diri ke gedung
kedutaan Jepang.
Duan rupanya tak setuju atas
kembalinya Cina ke sistem monarki. Ia menyerang Beijing dan mengalahkan Zhang.
Ia kembali menjadi perdana menteri di Beijing, dan meminta Li untuk kembali
menjadi presiden, namun Li menolak, dan akhirnya jabatan presiden diberikan
kepada Feng Gouzhang tertanggal 17 Juli 1917. Duan mendapatkan keleluasaan
melakukan perang dengan Jerman. Pembayaran atas rampasan pemberontakan Boxer
serta wilayah ekstra-teritorial yang dulu diberikan kepada Jerman dihapuskan,
sesuai janji sekutu. Anggota parlemen yang dibubarkan oleh Li Yuanzhong
melarikan diri ke selatan. Mereka menolak pemerintahan Duan Qirui di utara dan
menggapnya tidak sah.
Permintaan sementara di Selatan
dipimpin oleh Dr. Sun sebagai pemimpinnya didirikan pada bulan September 1917
dan dinyatakan sebagai pemerintahan yang sah satu-satunya menurut undang-undang
dasar. Namun pihak asing tak mengakui pemerintahan ini. Sekali lagi Cina
terpecah menjadi dua: pemerintahan Duan Qirui di utara dan Goumindang di
selatan. Namun di utara terpecah juga. Pemerintahan Duan yang waktu itu terlalu
condong ke Jepang menghawatirkan Amerika Serikat. Mereka takut kalau-kalau
nanti Cina akan dijadikan Negara pengaruhnya sehingga mengancam Negara-negara
lain. Dan saat itu diadakan pertemuan antara R. Lansing Menteri Negara Amerika
Serikat dengan Kikujiro Ishii duta besar istimewa Jepang pada tanggal 2
November 1917. Akhirnya disepakati bahwa kedua Negara tak akan melanggar
kemerdekaan dan kedaulatan Cina.
Duan menghapus undang-undang dasar dengan
mengubah undang-undang pemilihan anggota. Presiden Feng Gouzhang kecewa akan
keputusan Duan, dan mengundurkan diri, lalu diangkatlah Xu Shichang sebagai
penggatinya tanggal 10 Oktober 1918. Perang Dunia I dimenangkan oleh Sekutu.
Dan membuat Cina yang berkiblat kepada sekutu ikut duduk di kursi kemenangan.
Namun ada yang ganjil, ternyata Cina dikelabui oleh pihak Asing. Wilayah Jerman
yang dijanjikan untuk dikembalikan kepada pihak Cina malah diserahkan kepada
Jepang. Cina tak terima dengan pernyataan itu, Cina meminta agar
pasukan-pasukan asing ditarik dari negerinya dan wilayah sewaan serta
ekstra-teritorial agar dikembalikan, serta hak untuk menetapkan sendiri tariff bea dan cukai. Dalam perjanjian Versailles
pada tanggal 28 Juni 1919, janji yang diingkari sekutu untuk mengembalikan
wilayah Cina diwujudkan dengan Cina tidak menandatangani perjanjian tersebut.
Hasil perjanjian yang akan merugikan ini, membuat mahasiswa Cian berontak dan
melakukan perlawanan kepada Menteri Luar Negeri Zhang Zongxiang. Dan gerakan
ini disebut juga dengan “Gerakan Empat Mei”.
Ditahun 1921, pemerintahan Beijing
mengirimkan tentara untuk menaklukan pemerintahan Goumindang di selatan.
Sebaliknya Dr. Sun juga mengirimkan tentara untuk menaklukan Cina Utara; dimana
tanggal 6 Mei 1922 pasukan mereka telah berhasil memasuki Provinsi Jiangxi.
Namun sebulan kemudian, Chen Jiongming seorang jenderal Dr. Sun, melakukan
pemberontakan. Untunglah Dr. Sun dapat melarikan diri ke sebuah kapal perang di
Sungai Mutiara dan berlayar menuju Shanghai bersama Jiang Jieshi. Setelah
pemberontakan Chen ini berhasil dipadamkan (bulan Januari 1923), Dr. Sun
kembali ke Canton. Pemberontakan ini menggagalkan usaha penyatuan kembali Cina
dibawah pemerintahan Goumindang.
2.3 Kehidupan
Politik,
Ekonomi,
dan Sosial
Budaya
Republik
China
a. Politik
Sistem politik
Republik Cina, Menampilkan perubahan secara lambat tapi pasti yang berasal dari
kekuasaan tertinggi partai tunggal menuju sistem yang lebih terbuka dan
bersaing sifatnya.Faktor terpenting dan bertanggung jawab atas perkembangan ini
adalah idaman politik dr. Sun Yat-sen (Pendiri Republik Cina dan pencipta
Kuomintang), Perubahan bersejarah tertentu dan perkembangannya ekonomi yang
baru lalu atas Taiwan.
Tujuan
utama himpunan ini adalah untuk meruntuhkan dinasti Man-shu dan
memodernisasikan negara. Dr. Sun percaya bahwa sistem dua partai dan dengan
satu partai pegang kemudi pemerintahan dan yang lain mengadakan pengawasan,
maka hal itu dapat mencegah adanya penyalah gunaan kekuasaan dan menjamin
terselenggaranya stabilitas dan kemajuan lebih lanjut. Republik itu didirikan pada
tanggal 1 januari 1912. Tak lama setelah itu negara terlibat dalam perpanjangan
waktu keadaan penguasa perang tertinggi Cina, dan parlemen Beying hanya menjadi
boneka menghadap para penguasa militer tersebut. DR. Sun lalu menuju ke kantor
dan menyelenggarakan kembali partainya bulan Oktober 1919. Ia menamakannya Chu
– Kuo Kuomintang (partai nasional cina), yang tetap menggunakan nama partai
yang resmi sejak itu, ia pula mendirikan sebuah pemerintahan sementara, dan
dirinya sebagai panglima tertinggi pertama dan secara aktif siap untuk
melancarkan kampanye militer melawan para jendral perang lainya dibagian utara
Cina.
Dengan didirikanya KMT pada bulan
oktober 1919, Dr. Sun telah berkeyakinan, bahwa suatu lapisan masyarakat
demokratis hanya dapat dijangkau dalam bentuk tahap. Atas dasar itulah,ia
mengatur teorinya guna membentuk kembali negara dalam tiga tingkatan tertentu tahap militer,wakil politik dan terakhir tahap
demokrasi berdasarkan Undangan – undang Dasar. pemerintah juga menetapkan
keputusan keadaan darurat, yang menghidupkan hukum perang dan meneruskannya ke
dalam beberapa perubahan konstitusi sementara yang memperlebar kekuasaan
tertentu bagi presiden.
Walaupun
pemilihan untuk kedudukan pemerintah setempat diadakan secara teratur sejak
1950 ke atas, hanya tiga partai yakni KMT, partai cina muda , dan partai
Sosialis Demokrasi Cina yang dibolehkan untuk menggelar para calon resminya. Pada
akhir Februari 1990, sejumlah 42 partai mendaftarkan diri pada kementrian dalam
negeri. Secara nominal, Republik cina kini menganut sistem partai majemuk, akan
tetapi mengingat akan hasil pemilihan umum yang lalu, maka KMT serta partai
Progresif Demokrasi (DPP) yang baru tebentuk itu sajalah yang sanggup memainkan
peranan berarti di arena politik. Apa yang sebenarnya muncul adalah sistem dua
partai yang efektif.
Tiga Dasar Filsafah
rakyat
Ideologi resmi KMT, sejak lahirnya
didasarkan atas ketiga dasar filsafah rakyat yang dicetuskan oleh Dr. Sun,
yaitu butir dasar nasionalisme butir demokrasi, dan butir dasar kesejahteraan
sosial ( juga diartikan sebagai butir dasar nafkah penghidupan rakyat ). Butir
dasar nasionalisme bermaksud untuk mencapai tiga obyektifitas utama : pertama
suatu status yang sama dan bebas bagi Cina dalam masyarakat negara, bebas dari
dominasi orang ; kedua bebas dari seluruh kelompok etnis dalam negara Cina ;
ketiga pemulihan serta kebangunan kembali tradisi kebudayaan Cina.
Butir
dasar Demokrasi bertujuan untuk menjamin, bahwa rakyat menikmati kebebasan
penduduk yang diperuntukkan bagi mereka,khususnya “kekuasaaan politik”,
sementara pemerintahan memiliki “kekuasaan memerintah”. Kekuasaan sebelumnya
terdiri dari kekuasaan : kekuasaan hak memilih;, memanggil kembali, gagasan,
dan referendum; yudikatif, pemeriksa serta pengawas yang diajalankan oleh
kelima cabang pemerintahan. Butir dasar kesejahteraan sosial dirancangkan untuk
menghantar mutu ekonomi yang makmur serta masyarakat yang bijaksana. Hal itu
memungkinkan tercapainya sistem perusahaan yang bebas dengan unsur perencanaan
pemerintah,dapat menghimbau agar kekayaan secara pesat laku pengdistribusian
dilakukan secara merata.
Yuan
Shikai Politik Pada masa pemerintahan Yuan Shikai, ia membuat Undang-undang
dasar baru yang disahkan pada bulan Mei 1914 itu memperbesar kekuasaan presiden
dan memanjangkan masa jabatannya dari 5 tahun menjadi 10 tahun. Selain itu,
presiden dapat dipilih kembali secara terus-menerus tanpa batas, sehingga
dengan demikian, Yuan menjamin bahwa dirinya dapat menjadi presiden seumur
hidup. Yuan Shikai sebenarnya tidak ingin menjalankan suatu sistem parlementer
tetapi ia ingin mengembangkan sistem kekaisaran lagi, bahkan pada tahun 1915
Yuan Shikai mencoba mengangkat dirinya menjadi kaisar. Namun, mendapat banyak
pertentangan dari rakyat sehingga menemui kegagalan. Demi menjadi seorang
kaisar Yuan Shikai mulai menyingkiran para pesaing melalui pembunuhan politik
serta mengganti gubernur-gubernur provinsi dengan para pengikutnya.
Chiang Kai Shek Politik Kursi
pemerintahan dibagi menjadi lima lembaga atau Yuan yakni, Yuan
Eksekutif, Legislatif, Penguji, dan Pengawas. Tiga Yuan pertama sama dengan
yang beralu dibarat, sedangkan Yuan yang terkahir bersifat khas China
sepenuhnya. Dari kelima kekuasaan tersbut hanya kekuasaan eksekutif yang dapat
berfungsi karena fungsinya tidak diambil alih oleh partai atau tentara. Tentara
juga mempunyai beberapa departemen sendiri, dan sektor militer dari angkatan
pemerintahan dikuasai secara penuh oleh Chiang Kai Shek dan teman-temannya.
Sektor militer tersebut semakin besar dan semakin mengambil alih kekuasaan
sipil. Hubungan dengan negara lain berjalan baik terutama dengan negara barat.
Banyak negara barat yang melepaskan hak ekstrateritorial. Pada masa itu juga
terjadi pemulihan otonomi bea dan cukai.Chiang Kai Shek meluaskan kekuasaannya
melalui keluarganya yang jelas menyebabkan korupasi dan nepotisme. Politik
perpajakan semasa rezim Nanking terpusat pada kota. Seluruh pajak tanah
diserahkan kepada provinsi, sedangkan 50% dari penghasilan pemerintah pusat
berasal dari bea cukai dan selebihnya dari pajak tidak langsung.
b. Ekonomi
Pada
masa pemerintahan Yuan Shikai, ia mencoba meminjam modal asing dari Inggris,
Prancis, Jerman, Rusia, Belgia, dan Jepang sejumlah ₤ 25.000.000. Beberapa
asset pertambangan dikuasai Jepang karena menjadi Negara bagian dari 21
permintaan Jepang. Selain itu pemerintah juga mengadakan pemboikotan kepada
barang-barang Jepang sebagai bentuk ketidaksukaannya pada kependudukan Jepang.
Ekonomi Industrialisasi mulai ada meski baru dalam skala kecil. Selain itu
adanya kesepakatan dengan pihak asing mengenai wilayah sewaan tarif bea dan
cukai akibat adanya hak ekstrateritorial dari bangsa asing. Ekonomi Pada masa
pemerintahan Nanking dibangun jalur jalan dan jalan kereta api untuk
mempermudah perdagangan, sistem keuangan diperbarui, dan bahkan mata uang
disatukan. Tahun 1935 mata uang perak digantikan oleh uang kertas.
c. Sosial
Cengkraman
Jepang semakin kuat dengan 21 tuntutannya yang 3 bagian utamanya disetujui oleh
Yuan Shikai para pegawai pemerintah, penasehat pemerintah pusat, dan lembaga
kepolisian banyak dipegang oleh bangsa Jepang. Budaya Dimulai dari masuknya
pemikiran dari barat seperti : Liberalisme, Individualisme, Darwinisme sosial ,
dan lain-lain yang mulai masuk ke China sekitar abad ke-20. Ditandai dengan
munculnya gerakan intelektual yang terkenal sebagai “Gerakan Kebudayaan Baru”
pada tahun 1916. Masuknya pemikiran dari barat ini membuat aliran konfusianisme
diserang dengan argumen yang sebagian berasal dari China sendiri, dan sebagian
secara langsung diambil dari pemikiran Barat. Khususnya etik tradisional dan
sistem keluarga menjadi sasaran dari serangan argumen ini. Gerakan
anti-konfusianisme ini sangat radikal dan menganjurkan emansipasi wanita bahkan
hak yang sama bagi kaum muda. · Warlord Politik Pemerintah pusat tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, hanya sekedar nama saja karena pada
prakteknya yang memegang kekuasaan adalah para warlord yang banyak tersebar di
China. Pemerintah dikuasai oleh kelompok militer yang selalu berubah dan hanya
memiliki kekuasaan dominan. Adanya hak-hak istimewa ekstraterotorial kepada
bangsa asing yang membuat keadaan menjadi kacau. Sosial Adanya gerakan 4 Mei
1919 pada waktu itu mahasiswa Universitas Peking melancarkan demonstrasi
melawan ketentuan dari perjanjian Versailles, demonstrasi ini menyebabkan
perkembangan yang baru di berbagai bidang.Banyak terjadinya ketidakstabilan keamanan
akibat peperangan diantara para warlord. Kegiatan industrialisasi dan
urbanisasi menghasilkan golongan kaum-kaum proletar. Kelas menengah di kota
bertambah banyak dan diantara mereka mempunyai perasaan nasionalisme yang kuat,
selain itu banyak pula boikoit-boikot anti Jepang, dan mulai muncul pemogokan
dari kaum proletar.
Terjadi
kemunduran keadaan di pedesaan karena KMT mengangkat pegawai baru, pegawai
tersebut pada umumnya orang yang dididik di luar negeri bukan orang asli yang
berasal dari pedesaan. Adanya perubahann orientasi dari kaum Gentry yang
tadinya kepanjangan tangan dari pemerintah menjadi perdanganan dan ekonomi pada
umumnya, sedangkan sistem tradisionalnya diabaikan. Keadaan materi petani
sangat buruk karena perang terus menerus dan kekacauan disisi lain perkembangan
dari industri modern sudah cukup penting sehingga kerajinan dan industri rumah
tangga amat dirugikan. Budaya Propaganda “gerakan kehidupan baru” untuk
mengatasi problem daerah pedesaan. Penyebaran pemikiran barat dan ilmu penegtahuan
barat tetap berlangsung terus dibidang sastra dan realisme sosial menjadi
dominan seperti di Liga Penulis Kiri. Munculnya penulis-penulis seperti penulis
dari roman trilogi keluarga dan Lao She, penulis dari roman Lo-t’o hsiang-tzu
yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul “Rickshaw Boy”.
c. Budaya
Adanya
gerakan konfusianisme modern untuk dapat membenarkan pembaharuan social dan politik,
meskipun tidak berhasil karena norma-norma tradisional masih bertahan lama.
Adanya gerakan ”kebudayaan baru” yang banyak mengkaji pemikiran-pemikiran dari
barat.Di bidang ilmiah sejarawan seperti Ku Chieh-kang mulai meneliti kembali
sejarah cina, khususnya sejarah kuno. Adanya revolusi sastra, yaitu gerakan
untuk mengganti bahasa tertulis kuno / wen-yen yang hanya dapat digunakan dan
dimengerti setelah studi yang lama, oleh bahasa pai-hua yang dekat dengan
bahasa sehari-hari.
·
Lukisan
Keaslian yang dapat diperiksa dan
benar-tidaknya daripada seni murni di Cina membentang jauh kembali ke jaman
purbakala. Lukisan garis dalam membentuk ukiran pada tanah liat, tembaga ,
serta batu permata jade bertolak da tanggal kurun waktusejarah yang terawal.
Lukisan seni dinasti Ch’in (221-206 Sebelum masehi) dan dinasti Han (206
sebelum masehi) sering meyentuh karangan terambil dan klasik kuno dan teks
serta adegan bersejarah dalam keidupan sehari-hari rakyat biasa sebagai pokok
persoalanya.
Pemandangan
alam,bunga dan burung, dan gambar proporsi manusia terdahulu terdiri dari tiga
kategori lukisan tradisioal Cina. Yang mulai menanjak menuju bentuk yang
terulung di saat pertengahan dinasti T’ang (618 – 907 Masehi ) dan dinasti sung
( 960 – 1279 M ) merupakan pendukung utama atas lukisan Cina.
Dalam
dinasti Mongol Yuan (1271 – 1368 Masehi
), istana kerajaan tidak memelihara kelangsungan akademi seni lukis yang
formal, dan gaya lukisan yang mencerminkan pengaruh penguasa dinasti terasan
menurun sifatnya. Para pelukis beasiswa berdatangan untuk mendominasikan arus terpenting yang
melanda lukisan Cina. Alat pendukung yang mendasar pada lukisan cina seperti
kaligrafi Cina, adalah garis. Pada dinasti Yuan berlangsung suatu gerakan yang
penting untuk melebur kaligrafi dan lukisan.
Sesudah
revolusi 1911 lukisan Cina pertama-tama berlanjut dalam tradisi artistic
dinasti Ch’ing akan tetapi kemudian secara pribadi member peluang pada pengaruh
barat itu sendiri
·
Tulisan Tangan Indah ( Kaligrafi )
Dengan
adanya “empat obyek berharga dalam pelajaran” yaitu : kuas, tangkai kayu untuk
tinta, kertas, serta sapuan garis, para pakar kaligrafi Cina telah
mengembangkan gaya kaligrafi yang berbeda serta tak terhitung banyaknya
berabad-abad lamanya. Gaya utama dapat dikelompokka dalam lima tipe dasar
bentuk tulisan : Cuan-shu atau “tulisan tangan yang melekat”, Li-shu atau
“tulis tangan yang resmi”, Kai-shu atau “tulis tangan yang teratur, Hsing-shu
atau “tulis tangan yang berlari” dan Tsao-shu atau “rumput” atau “tulis tangan
dengan bentuk kursif”
Tiap
gaya kaligrafi dapat dibedakan dan bahkan memiliki keterkaitan satu dengan yang
lain. Garis tulis tangan yang melekat adalah sangat halus,seragam, dan kuat
sekali dan cederung untuk bidikan pada bagian terakhir. Hal ini merupakan awal
dari gaya kaligrafi yang telah mencapai puncak ketenarannya pada zaman dinasti
Ch’in ( 221 – 207 SM) tulis tangan resmi muncul sebagai tanggapan atas perlu
adanya suatu gaya tulisan yang dapat dilaksanakan dengan segera ,dan bukan
seperti tulis tangan melekat yang tidak
praktis. Kecenderungannya menuju tulis tangan yang menuju tulis tangan
yang kurang mrnghasilkan ini berlanjut bersama dengan perkembangan Kai-shu atau
tulis tangan yang teratur.
·
Opera Cina
Sampai dengan awal abad dewasa ini,
disaat drama yang nyata diperkenalkan kepada Cina, pada hakekatnya semua drama
Cina bersifat opera pada wujud srta persembahannya. Meskipun pertunjukkan
teather, yang khususnya terdiri dari dialog tatap muka, bukannya tidak dikenal,
namun pertunjukkan ini tidak pernah diolah secara sungguh-sungguh.
Dalam
arti yang luas,istilah “Opera Cina” memeluk segala bentuk teather dunia lainnya,
maka keadilan opera Cina dapat ditelusuri secara balik kepada acara keagamaan
yang kuno, dan dalam kaitannya dengan Cina, mengajak kembali sejauh ribuan
tahun sebelum masehi. Berkas yang membentuk tulisan, gambar dan berhubungan
dengan barang kuno , bertolak dari kurun waktu ini, membuktikan kebenaran
adanya kegiatan adanya kegiatan teather baik untuk tujuan hiburan maupun agama.
Adat
kebiasaan panggung pada seni opera Cina, sebagai mana terlihat jelas pada
musiknya. Agak sedikit berbeda antara bebrbagai aliran dan gaya. Misalnya pada
opera di semua wilayah, panggung itu penting dalam keadaan kosong, dan hanya
barang yang perlu atas pentas yang dipertunjukkan secara simbolis, dan
fungsionil. Peragaan kostum bercorak ragam warnanya dan disulam secara meluas,
dan tidak tampaknya kebenaran sejarah yang dicarikan dalam tata pakaianya
tersebut.
Opera
Beijing menunjukkan aliran gaya yang paling tersohor dalam teather seni Cina.
Disamping merupakan opera Nasional Cina yang mendominasiseni teather Cina selama
dua abad, betapapun telah ditegaskan dalam pengakuan secara internasional dan
mempengaruhi pengubah sandiwara yang sedemikian unggul seperti brecht dan
lonesco. Dengan adanya minat yang bertambah di Taiwan dalam membangkitkan
kembali, maka opera Beijing dapat mengharapkan terpampangnya masa depan yang
sangat mengasikkan.
·
Pendidikan
Awal abad ke-20 pendidikan
modern sebagian besar dikerjakan oleh misi Katholik dan Protestan. Pada tahun
1949 pengaruh nasrani atas pendidikan cukup besar walaupun Komunis melarang
setiap campur tangan dari misi Katholik dan Protestan dalam pendidikan. Partai
Komunis China sangat mempegaruhi organisasi dan isi dari pendidikan modern.
Sampai tahun 1949 sistem pendidikan di China mencontohkan sistem di Amerika,
tetapi di RRC seluruh sistem pendidikan tinggi disesuaikan dengan model Rusia
dalam mata pelajaran tekhnik ditekankan. Salah satu kelemahan dari sistem
pendidikan modern adalah sulitnya menemukan jumlah guru yang baik dan cukup.
2.4. Proses
Perkembangan Paham Komunisme di China
Sejak perang Candu (1840), bangsa
cina merosot derajatnya dari suatu bangsa yang memiliki peradaban yang
cemerlang menjadi bangsa yang tertindas dan terhina oleh bangsa Barat. Bahkan
Jepang yang merupakan Negara kecil di Asia mampu juga menindas peradaban bangsa
Cina. Kemudian setengah abad berlalu, ketika Negara tetangga Cina, yaitu Rusia,
dilanda Revolusi Bolshevik (oktober 1917); kerajaan Rusia ditumbangkan dan
diganti dengan Republik Uni Soviet di bawah kekuasaan Partai Komunis Rusia. Perang
Dunia I yang meruntuhkan sistem monarki Rusia yang diikuti dengan diturunkannya
tahta Tsar Nikolai II bahkan dibunuh oleh kaum komunis tahun 1917. Rusia
menjadi republik sosialis dibawah Lenin. Pemerintahan baru itu ingin membina
hubungan diplomatik dengan Cina serta menyebarkan paham komunisme disana. Pada
pertengahan 1918 seorang kepala perpustakaan dari Universitas Beijing, Li Da
Jao, mendirikan Perhimpunan Penelitian Marxisme, anggota-anggota pertamanya Mao
Ze Dong (seorang asisten Li Da Jao), Qu Qiu Bai, dan Zhang Guo Tao yang kelak
kemudian hari menjadi tokoh-tokoh besar Partai Komunis Cina. Pada tahun 1919,
Voitchinski mendirikan sekolah untuk memperlajari komunisme di Shanghai.
Lebih jauh lagi, pemerintahan Uni
Soviet mengirimkan Abraham Adolf Joffe ke Beijing untuk mengadakan perundingan
mengenai daerah-daerah ekstra-teritorial dan pelabuhan-pelabuhan yang pernah di
rampas oleh Rusia dari Cina. Uni Soviet menyatakan semua daerah itu akan
dikembalikan kepada Cina. Namun usaha Joffe ini diabaikan oleh pemerintahan
Beijing, sehingga ia akhirnya beralih pada pemerintahan Goumindang di selatan.
Dr. Sun menerima tawaran Joffe, namun ia berpendapat bahwa paham komunis tidak
dapat diterapkan di Cina, Joffe menerima, hal itu diungkapakan dalam manifesto
bersama tertanggal 26 January 1923. Joffe mengungkapkan kembali akan
mengembalikan daerah-daerah yang pernah diambil Uni Soviet untuk dikembalikan
ke Cina. Dengan demikian, terjalinlah hubungan antara pemerintahan Goumindang
dengan Uni Soviet.
Sun mengutus Jiang Jieshi (Chiang
Kai Shek) untuk mengadakan kunjungan persahabatan ke Uni Soviet serta
mempelajari keadaan politik dan oraganisasi pemerintahan disana. Setelah 3
bulan Jiang Jieshi berada di Uni Soviet, akhirnya ia mendapat kesan bahwa revolusi
dunia dan internasionalisme yang didengung-dengungkan oleh kaum komunis itu
adalah lebih berbahaya dari kolonialisme. Dia curiga bahwa janji-janjinya yang
muluk-muluk itu hanya sebagai kedok dari tujuan imperialisme Rusia belaka. Dr.
Sun yang menerima laporan tersebut menanggapinya dengan menasehati Jiang Jieshi
untuk tidak terlalu memantau terlalu jauh ke depan, dan sebaliknya agar lebih
mengahayati revolusi Cina yang sedang berkobar.
Soviet untuk selanjutnya mengirim
penasihatnya ke Cina. Dua orang terkemuka di antara mereka adalah Michael
Borodin, yang sangat berpengalaman dalam mengatur jalannya revolusi serta
Jenderal Blucher. Borodin dijadikan tangan kanan Sun Yat Sen dalam mengatur
system organisasi Goumindang; sedangkan Jenderal Blucher ditugaskan untuk
mengajar di Whampoa Military Academy, suatu akademi militer yang didirikan oleh
Dr. Sun di Whampoa pada tahun 1924. Jiang Jieshi diangkat sebagai pimpinan
sekolah tersebut dan Zhou Enlai (kelak perdana menteri RRC) memimpin divisi
politiknya. Tanggal 20 January 1924 diselenggarakan Kongres Nasional Goumindang
ke satu. Pada kesempatan itu Sun Yat Sen mengutarakan kebijaksanaan politiknya
yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Persatuan dalam jajaran Goumindang untuk dapat
menciptakan persatuan nasional;
2. Persahabatan dengan Uni Soviet
pada umumnya, dan kerja sama dengan kaum komunis Cina.
Goumindang direorganisi kembali dan
berdasarkan keputusan Kongres Nasional bulan Januari 1924, kaum komunis
Tionghoa diperbolehkan untuk menjadi anggota Goumindang demi memperkuat unsure
revolusionernya, asalkan mereka bersedia mematuhi asas-asas Goumindang.
Setahun
kemudian, tepatnya tanggal 12 Maret 1925, Dr. Sun wafat dengan penyakit kanker
yang diidapnya. Wafatnya Dr. Sun merupakan pukulan besar bagi bangsa Cina,
ditandai dengan di bulan Juni 1925, hampir terjadi insiden yang akan
menimbulkan konflik internasional. Kekacauan terjadi Cina dengan tidak adanya
pemimpin yang tepat. Kekacauan itu serta wafatnya Dr. Sun menggagalkan
persatuan nasionalis Cina. Pemerintah Goumindang di Canton lalu melantik Wang
Jingwei sebagai presiden. Namun di utara banyak kepala pemerintahan yang
bergejolak contohnya saja Feng Yuxiang dengan Zhang Zoulin. Zhang berhasil
dikalahkan dan melarikan diri ke Mancuria, tetapi kemudian bersekutu dengan Wu
Peifu dan mampu menyingkirkan Feng. Feng sendiri melarikan diri ke Mongolia
lalu ia mengunjungi Rusia dan pada bulan Juni 1926 bergabung dengan Goumindang.
Jiang Jeishi
memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap komunis. Ia melakukan gebrakan dengan
menangkapi banyak anggota yang pro-komunis tanggal 20 Maret 1926. Ia membuat
keputusan untuk bertempur membebaskan Cina dari cengkraman negeri-negeri asing
dan para warlorld yang menyengsarakan rakyat. Pada saat yang sama dengan
berlangsungnya penyatuan Cina yang dipimpin Jiang, anggota sayap kiri
Goumindang yang prokomunis memindahkan pusat pemerintahan mereka ke Wuhan
dengan Wang Jingwei sebagai pemimpinnya. Dengan demikian Goumindang terpecah
menjadi dua : yakni sayap kanan dan kiri (komunis).
Wang
sebagai pemimpin yang bukan komunis ini kewalahan akan tindakan anggota
Goumindang yang beraliran kiri. Ternyata Komunis menginginkan untuk
menghapuskan Goumindang dan menjadikan Cina sebagai Negara Komunis. Oleh karena
itu ia menerima ajakan Feng untuk bersatu kembali dengan Jiang dan menghapus
komunis. Wang mengirim kembali Borodin serta jenderal Blucher ke Uni Soviet.
Anggota yang pro komunis di usir pula pada tanggal 15 juli dan banyak diantara
orang-orang yang diusir tersebut mengikuti Borodin dan Blucher ke Uni Soviet. Hal
ini membuat putus hubungan antara Goumindang dengan komunis. Walaupun sudah
terlepas dari komunis, namun anggota Goumindang tetap saja kontra terhadap
Jiang, dan berniat merobohkan pemerintahan Nanjing bentukan Jiang , dan hal ini
yang menyulitkan Jiang untuk menyatukan Cina karena harus berperang menghadapi
2 kubu . Namun, belakangan terjadi kesepakatan yang membuat mereka bersatu pada
Januari 1928.
Gerakan untuk mematahkan para warlord di utara
dapat diteruskan kembali. Di pihak lain, Pasukan Pemukul Utara dapat
mengalahkan para warlord yang menyerah dan bergabung dengan Jiang. Semua para
warlord secara serempak menyadarkan diri atas kekalahan mereka, dan Cina
bersatu di bawah kekuasaan Jiang Jeishi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Republik Cina berdiri dikarenakan: 1) Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap
Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang pernah membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi
pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang Hsi dan Ch'ien Lung) meninggal.
Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina. 2) Pemerintahan Manchu dianggap
kolot dan telah bobrok. 3) Adanya korupsi dan pemborosan yang merajalela,
terutama di kalangan Istana Manchu. 4) Munculnya kaum intelektual Cina.
Mereka telah mengenal paham-paham Barat, seperti liberalisme, nasionalisme, dan
demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk
menggulingkan pemerintahan Manchu. Hal ini juga yang mendorong timbulnya banyak pemberontakan yang
dilakukan oleh rakyat ditambah pula masuknya paham-paham Barat pada daerah
ekstratorial di selatan China. Puncaknya adalah gerakan revolusioner yang
didesuskan oleh Dr. Sun Yat Sen.
Dr. Sun Yat Sen yang menempuh pendidikan di luar negeri mencanangkan
tentang memerdekakan China dan merubah sistim pemerintahan menjadi Republik.
Pada tanggal 1 Januari 1912 Dr. Sun Yat Sen diambil sumpahnya dan resmi menjadi
presiden sementara sekaligus Presiden pertama Republik China, pada saat itu
juga Republik China resmi berdiri.
Banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat
Republik China berdiri seperti ,tentang pemerintahan Dr. Sun Yat Sen yang
digantikan oleh Yuan Shikai, masa pemerintahan Warlord yang pada akhirnya
memecah China menjadi 2, selatan dan utara dan juga masuknya paham komunisme di
China.
DAFTAR
PUSTAKA
Taniputera, ivan. 2009.
History of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Hwa Kwang. 1991.
Republik China Selayang Pandang. Taipe. Published by Kwang Hwa Publishing
Company
1 Komentar:
terima kasih.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda