Sabtu, 13 Desember 2014

Berdirinya Republik China (Sun Yat Sen)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Sejak pertengahan kurun ke-19, dinasti Qing sentiasa menghadapi pemberontakan dalam negeri dan juga sering berperang dengan kuasa-kuasa  luar. Dalam sejarah Dinasti, China telah  mengalami kekalahan berturut-turut dalam empat peperangan utama dengan kuasa-kuasa asing seperti Perang Candu (1839-1842), Perang Aglo-China (1856-1860),  Perang China­ Perancis (1884-1885) dan Perang China-Jepun (1894-1895).
Karena adanya ketidakpuasan rakyat ini para pemberontakan terus saja terjadi dan yang paling berengaruh adalah pemberontakan dan pergerakan yang dipimpin oleh Sun Yat Sen yang mendesuskan gerakan revolusioner untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk republik, hal inilah yang mendorong berdirinya Republik Cina.
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi  berdirinya Republik China?
2. Bagaimana peranan Dr. Sun Yat Sen dalam mendirikan republik China?
3. Bagaimana kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya republik China?
4. Bagaimana proses perkembangan komunisme di China?
2.2 Tujuan
1. Memaparkan latar belakang berdirinya Republik China
2. Mengetahui kepemimpinan Sun Yat Sen
3. Mengetahui perkembangan politik,ekonomi,sosial budaya Republik China
4. Mengetahui proses berkembangnya komunisme di China


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Berdirinya Republik Cina
            Kekalahan demi kekalahan terhadap bangsa Barat , ketidak cakapan kaisar-kaisar terakhir pada Dinasti Qing dalam memerintah, serta penderitaan rakyat yang semakin menjadi-jadi pada masa itu, mengakibatkan menguatnya sentimen anti-Manchu ,  sehingga timbul berbagai pemberontakan dan gerakan rakyat. Merembesnya pengaruh pemikiran demokrasi Barat melalui daerah-daerah Ekstratoritarial asing yang sebagian besar terletak di selatan China menjadi sebab mengapa sebagian besar pemimpin pembaruan dan pergerakan berasal dari China Selatan.
            Menyadari kondisi yang sangat genting itu, kerajaan menjanjikan dibentuknya Dewan Rakyat ( semacam senat atau kongres di Barat yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil rakyat), namun Dewan Rakyat yang dijanjikan pada tahun 1906 itu baru berhasil dibentuk dalam tahun 1910 dan mengadakan sidang yang pertama. Pada kesempatan tersebut rakyat menuntut diadakannya kabinet atau dewan menteri. Tuntutan itu dikabulkan ,tetapi rakyat tetap tidak puas , karena sebagai ketuanya diangkat Pangeran Jing yang terkenal korup. Selain itu, diantara 13 orang anggotanya hanya 4 orang saja yang merupakan bangsa Tionghoa, sedangkan sisanya keturunan Manchu.
            Karena adanya ketidak-puasan rakyat ini, pemberontakan terus saja terjadi. Diantara semua pemimpin pemberontakan dan pergerakan, yang paling terkemuka adalah Sun Yat Sen. Sun yang pernah berdiam di daratan Eropa mempelajari berbagi pemikiran budaya Barat termasuk pemikiran sosialisme yang mendorong pemikirannya untuk memerdekakan China. Beliau juga mendirikan suatu perkumpulan bernama Zhongguo Dongmenghui, dimana anggotanya harus berikrar untuk:
1.      Mengusir bangsa Manchu
2.      Merebut kembali China bagii Bangsa Tionghoa
3.      Mendirikan suatu negara berbentuk Republik
4.      Menyama-ratakan kepemilikan tanah
Orang Tionghoa diluar negeri banyak memberikan dukungan dana sehingga memperlancar perjuangaannya.
Sementara itu, kondisi dinasti Qing makin diperparah dengan gerakan menuntut otonomi yang dilakukan oleh brbagai provinsi, seperti di Sichuan. Perkumpulanter Dongmenghui yang diprakarsai oleh Dr. Sun Yat Sen merencanakan untuk mengadakan gerakan kembali pada akhir tahun tersebut. Mereka hendak merebut kota Wuchang di provinsi Hubei. Namun , karena daftar nama pemberontakan terburu jatuh ketangan pemerintah, gerakan tersebut harus segera dilaksanakan. Pada tanggal 10 Oktober 1911, kaum pemberontak telah berhasil mengusai seluruh kota Wuchang. Padaa tanggal 22 Oktober Dewan Nasional mengadakan sidang darurat di Beijing, pada tanggal 27 Oktober, mereka pada hakikatnya menerima resolusi-resolusi yang menuntut agar kaum kaisar tidak diperkenankan menjadi anggota kabinet serta izin bagi pembentukan partai-partai politik.
Satu bulan kemudian, yakni pada akhir Desember 1911, kemenangan telah berpihak pada kubu revolusioner. Pada tanggal 1 januari 1912 sepakat mengangkat  Dr. Sun Yat Sen sebagai presiden pemerintah sementara Republik Cina.
2.2  Republik Cina Dibawah Pimpinan Sun Yat Sen
a. Peranan Dr. Sun Yat Sen
Dr Sun Yat Sen Lahir 12 November 1866 di Guang dong Cina, anak seorang petani miskin yang merantau ke Honolulu Hawai Amerika Serikat mengikuti kakak lelakinya untuk menempuh pendidikan. Sut Yat Sen kembali ke Cina tahun 1883, kemudian pindah ke Hongkong untuk menempuh pendidikan kedokteran hingga lulus tahun 1892. Dr Sut Yat Sangat terkenal karena ia merupakan tokoh nasional Cina yang berjuang untuk persatuan nasional Cina, pembangunan ekonomi, dan pembentukan pemerintahan republik. Ia sangat berpengaruh dalam sejarah Cina modern.
Dr Sun Yat Sen memutuskan meninggalkan dunia medis dan kembali ke Hawai mendirikan organisasi pergerakan untuk menjatuhkan penguasa Manchu. Langkah ini disebabkan kegundahannya melihat kemerosotan Cina pada masa dinasti Qing yang sangat korup. Setelah kekalahan Cina dalam perang Cina-Jepang tahun 1894-1895 Sun Yat Sen kembali ke Hongkong merancang pemberontakan Guangzhou. Walaupun usahanya ini gagal, namun semangat nasionalisme dan gerakan revolusioner mulai tumbuh di masyarakat Cina terutama di perantauan. Namanya terkenal di dunia internasional setelah ditahan oleh kedutaan Cina di London tahun 1896. Selama 16 tahun berikutnya ia banyak berkelana mempelajari secara intensif pemikiran politik dan ekonomi barat dan membangun arah politik dan ekonomi negerinya.
Sun Yat Sen banyak mendapat dukungan secara finansial, moral maupun politik dari dunia internasional. Banyak kolega, koneksi-koneksi luar negerinya yang memberikan bantuan seperti dari pemerintah Jepang tahun 1897. Para intelektual Cina di perantauan juga memberikan dukungan penuh sehingga tahun 1905 ia segera mendirikan T`ung meng Hui (Liga Revolusioner gabungan) yang memberjuangkan tiga visi yaitu nasionalisme, demokrasi dan kesejahteraan rakyat.
1 Januari 1912, Dr. Sun Yat Sen diambil sumpahnya sebagai presiden di Nanjing. Dengan demikian Republik China dapat dianggap mulai berdiri pada tanggal tersebut. Dr. Sun kemudian membentuk kabinet yang terdiri dari Huang Xing (menteri peperangan), Wu Dingfang (menteri luar negeri), Wang Zhonghui (menteri kehakiman), Cai Yuanpei (menteri pendidikan), Chen Jindao (menteri keuangan), Zhang Qian (menteri perdagangan dan industry), Dang Shouqian (menteri dalam negeri).
Program Sun Yat Sen adalah :
            Program Sun Yat Sen terdiri dari tiga prinsip dasar, Trisila rakyat, samin chu-i. Prinsip nasionalisme Min-tsu chu-I berarti pembebasan dari pembebasan dari penjajahan asing oleh bangsa Manchu. Karena alasan taktis Sun Yat Sen tidak menentang Negara asing, menegaskan bahwa Cina akan tetap melaksanakan kewajiban perjanjian luar negeri – karena revolusi sama sekali tidak akan berhasil jika Negara asing dimusuhi. Sila yang kedua adalah kedaulatan rakyat,Min-ch’uun chu-I,yang berarti pelaksanaan secara bertahap dari system demokrasi barat. Tahap pertama setelah revolusi adalah revolusi militer,tahap kedua semacam demokrasi terpimpin  dan baru kemudian demokrasi penuh akan dipraktekkan.
Tata Negara akan terdiri dari lima ‘kekuasaan’ disamping trias politica Montesqieu (eksekutif,legislative,dan pengadilan) akan dipertahankan dua unsur dari Negara Cina tradisional yaitu badan sensor,dan biro ujian untuk menyeleksi calon pegawai negeri.Akhirnya sila ketiga adalah prinsip kesejahteraan rakyat ,Min-seng chu-I,yang menjadi program sosia ekonomi dari partai.Dasar dari program tersebut adalah pendapat dari antara lain John Stuart Mill,bahwa nilai tanah akan naik dengan cepat sebagai akibat dari industrialisasi,dan pertambahan nilai tersebut akan digunakan oleh seluruh rakyat melalui system pajak tanah. Hal ini sekaligus akan memecahkan persoalan ketidaksamaan sosial.
Sementara itu, pemerintah Manchu makin menyadari bahwa kekuasaan mereka sudah sulit dipertahankan lagi, sehingga pada tanggal 12 Februari 1912, Ibusuri Long Yu terpaksa mengeluarkan sebuah maklumat yang juga ditandatangani oleh Yuan Shikai sebagai perdana menteri. Isi maklumat itu menyatakan bahwa ibusuri beserta kaisar Xuandong (Puyi) yang masih kanak-kanak menyerahkan kedaulatannya pada seluruh rakyat China. Dimaklumkan pula bahwa bentuk pemerintahan China selanjutnya adalah republik. Dengan demikian, peristiwa ini bukan saja merupakan akhir bagi dinasti Qing, melainkan juga sistem kekaisaran yang telah berlangsung di China selama ribuan tahun. Pihak istana lalu menyerahkan mandate pada Yuan Shikai untuk membangun pemerintahan sementara, tetapi mereka meminta agar kaisar tetap diizinkan menyandang gelarnya serta diberi gaji tahunan sebesar 4 juta $. Selain itu, keluarga kerajaan agar diizinkan tetap memiliki harta kekayannya.
Kejatuhan Dinasti Qing ini dengan segera dikabarkan oleh Yuan pada Sun Di Nanjing. Dengan girang Sun menerima kabar itu dan menyetujui segenap permintaan pihak Qing. Sebagai jawabannya, Sun menyatakan  bahwa ia akan meletakkan jabatan sebagai presiden republic dan mengusulkan Yuan sebagai penggantinya. Ada beberapa pendapat dan alasan mengapa Dr. Sun bersedia melepaskan jabatannya sebagai presiden setelah berhasil menggulingkan Dinasti Qing yakni :
(1) hal ini sesuai dengan sumpahnya dahulu ketika menerima jabatan tersebut, di mana ia akan bersumpah akan menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin hingga pemerintahan monarki absolut runtuh dan China menjadi suatu negara yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara lainnya.
(2) ada pendapat yang menyatakan bahwa telah terjadi beda pendapat antara Dr. Sun dengan pemimpin-pemimpin pemerintahan sementara lainnya. Dr. Sun saat itu berpendapat bahwa China saat itu belum siap dengan sistem undang-undang dasar dan memilih untuk memberlakukan pemerintahan militer terlebih dahulu, dan bertentangan dengan pendapat pemimpin lainnya,
 (3) kebesaran hati Dr. Sun demi mencegah timbulnya perang saudara antara pemerintahan sementara yang dibentuk oleh Yuan Shikai di utara atas dasar mandat yang diberikan kekaisaran dengan pendukungnya di Selatan.
Pada tanggal 14 Februari Presiden Sun Yat Sen meletakkan jabatannya sebagai Presiden Sementara kepada Dewan Nasional di Nan King. Hal itu dikarenakan Sun ingin menepati janjinya kepada Yuan Shi Kai (tanggal 1 Januari 1912) untuk menjadikan Yuan sebagai Presiden pertama Republik Nasional Cina. Permintaan pemberhentian Dr. Sun di kabulkan pada tanggal 15 Februari 1912. Yuan Shi Kai diangkat menjadi Presiden dengan Li Yuanhong sebagai wakilnya. Sun menyatakan kalau Yuan telah berjasa besar dalam hal menjatuhkan kaisar Manchu dari tahta dan dalam hal mempersatukan Cina Utara dan Selatan.
b. Masa Pemerintahan Yuan Shikai
Yuan baru diangkat menjadi presiden pada tanggal 10 Maret 1912. Tapi baru awal pemerintahannya saja, terdapat kekecewaan dari Dr. Sun. Yuan ternyata tidak menghendaki adanya pemerintahan demokratis yang dicita-citakan Dr. Sun. Ia tidak menginginkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Paerlemen baru bersidang pada bulan April 1913. Pada saat yang bersamaan Yuan berusaha memperkokoh kedudukannya baik dari segi finansial maupun politis. Ia merundingkan pinjaman sebesar 25.000.00 dengan para banker yang berasal dari Inggris, Prancis Jerman, Rusia, Belgia, dan Jepang. Meskipun tidak disetujui oleh parlemen, tetapi akhirnya kemenangan berada di pihak Yuan. Untuk memperkuat kedudukannya secara politis, Yuan mengganti gubernur-gubernur provinsi dengan para pengikutnya.
Dr. Sun sudah tidak tinggal diam menyaksikan kesewenang-wenanangan ini dan mengerahkan ekspedisi militer pada bulan Juli 1913 untuk menghukum Yuan, tetapi gagal meskipun pernah berhasil menduduki Nanjing untuk sementara waktu. Ekspedisi ini ditindas oleh Yuan dengan kekuatan militer dan Dr. Sun terpaksa melarikan ke Jepang. Sementara itu, perkumpulan Dongmenghui yang didirikan Dr. Sun telah diubah namanya menjadi Guomindang (Partai Rakyat) pada bulan Agustus 1912.
Yuan berupaya memperbesar kekuasaannya dengan merancang undang-undang dasar baru yang memusatkan kekuasaan di tangannya selaku presiden. Sebelumnya, anggota parlemen yang berasal dari Guomindang mengusulkan bahwa segenap keputusan presiden hendaknya disetujui oleh perdana menteri yang bertanggung jawab terhadap parlemen. Yuan tidak menyukai usulan itu dan memecat seluruh anggota perlemen yang berasal dari Guomindang. Undang-undang dasar baru yang disahkan pada bulan Mei 1914 itu memperbesar kekuasaan presiden dan memanjangkan masa jabatannya dari 5 menjadi 10 tahun. Selain itu, presiden dapat dipilih kembali secara terus menerus tanpa batas, sehingga dengan demikian, Yuan menjamin bahwa dirinya dapat menjadi presiden seumur hidup.
Bersamaan dengan itu, meletuslah Perang Dunia I (1914-1918), dan Jepang yang memiliterismenya sedang bangkit menggunakan kesempatan tersebut untuk meluaskan wilayahnya di daratan China. Saat itu, Jepang masih sakit hati terhadap Jerman yang menolak keinginannya memperoleh semenanjung Liaodong sebagai pampas an atas kekalahan China dalam Perang China-Jepang (1894-1895). Oleh karenanya, ia lalu bergabung dengan pihak Sekutu yang menjadi musuh Jerman. Pada bulan Agustus 1914, didudukinya Shandong serta Qingdao yang menjadi wilayah jajahan Jerman. Demi mneghindarkan kecurigaan dunia, Jepang menyatakan melalui perdana menterinya bahwa ia tidak memiliki kehendak untuk merampas wilayah China, kendati terus meluaskan kekuasaannya melebihi wilayah yang dahulu dikuasai Jerman. Jepang yakin bahwa Negara-negara lain tidak akan campur tangan, karena masih disibukkan dengan peperangan di daratan Eropa. Amerika Serikat yang saat itu belum terjun dalam kancah Perang Dunia I sesekali menghinbau Jepang agar tidak bertindak melebihi batas, namun imbauan ini dianggap angin lalu saja.
Bahkan Jepang bertindak lebih berani dengan mengajukan Dua Puluh Satu Tuntutan (ershiyitiao) kepada Presiden Yuan Shikai pada tanggal 18 Januari 1915 di mana bila tuntutan-tuntutan itu tidak terpenuhi, China akan menjadi semacam jajahan Jepang. Dua Puluh Satu Tuntutan itu dapat diringkas menjadi lima bagian sebagai berikut:
(1)   China harus menyetujui penyerahan bekas jajahan Jerman keepada Jepang di Provinsi Shandong yang saat itu telah berhasil dikuasainya serta menuntut dibukanya beberapa kota lagi sebagai pelabuhan terbuka.
(2)   Penyewaan kota-kota, wilayah, dan jalan kereta api di Manchuria Selatn, Mongolia Dalam, Port Arthur, dan Dairen akan diperpanjang menjadi 99 tahun. Di wilayah-wilayah ini, orang Jepang boleh menyewa tanah, melakukan perjalanan, atau tinggal di sana. Jepang memperoleh hak untuk membuka tambang dan jalan-jalan kereta api. China harus mengangkat bangsa Jepang sebagai penasihat-penasihat resminya.
(3)   Perusahaan Hanyebing, yakni perusahaan tambang dan pengecoran besi terbesar di China, hendaknya dijadikan perusahaan gabugan China-Jepang, dan pemerintah China tidak boleh menjualnya tanpa seizin Jepang.
(4)   China berjanji unyuk tidak menyerahkan atau menyewakan pelabuhan atau teluk kepada bangsa lain tanpa seizin Jepang.
(5)   China harus menggunakan orang Jepang sebagai penasihat pemerintah pusat. Lembaga kepolisian di berbagai distrik harus diawasi bersama antara orang Jepang dan Tionghoa. China harus membeli kebutuhan 50% mesiunya atau lebih dari Jepang atau mendirikan senjata gabungan China-Jepang.
Pada mulanya, Jepang merahasiakan Dua Puluh Satu Tuntutan itu karena khawatirmendapat cercaan Negara-negara lain, walaupun di lain pihak ia juga menyadari bahwa Negara-negara lain tidak akan banyak bertindak karena masih disibukkan dengan peperangan. Tetapi akhirnya, Dua Puluh Satu Tuntutan itu bocor juga, sehingga Jepeng pada tanggal 14 Februari 1915 terpaksa mengakui adanya tuntutan-tuntutan terhadap China itu, namun hanya menyebutka 11 butir saja.
Yuan Shikai selaku presiden tidak bersedia meluluskan permintaan itu, sehingga Jepang pada tanggal 7 Mei 1915 mengeluarkan ultimatum kepada China. Akhirnya, hanya tiga bagian pertama saja yang diterima dengan beberapa perubahan yang meringankan. Rakyat yang merasa terhina dengan tuntutan Jepang itu lalu mengadakan pemboikotan terhadap barang-barang Jepang.
Kekalutan itu masih ditambah lagi dengan niat Yuan Shikai untuk mengangkat dirinya menjadi kaisar. Yuan berhasil memanipulasi parlemen agar setuju dengan pengangkatan dirinya sebagai kaisar dan mengubah bentuk pemerintahan dari republik menjadi monarki. Setelah diberitahu oleh parlemen bahwa ia diangkat sebagai kaisar, Yuan sesuai adat Tionghoa berpura-pura menolak hingga tiga kali. Ia kemudian menetapkan tanggal 1 Januari 1916 sebagai hari penobatannya. Kegemparan terjadi dan banyak orang menentang hal tersebut. Liang Qichao, yang ketika itu menjadi menteri kehakiman, dan Li Yuanhong selaku wakil presiden termasuk di antara para penentang Yuan. Dr. Sun Yat Sen yang saat itu masih mengungsi di Jepang dan bahkan pihak-pihak lain yang netral sekalipun tetap menginginkan dipertahankannya bentuk republic. Negeri-negeri asing juga ikut campur tangan dengan menasihati Yuan agar mengurungkan niatnya menjadi kaisar tapi tidak diindahkannya.
Ketidak puasan terhadap Yuan makin meningkat sehingga beberapa provinsi melepaskan diri pada bulan maret 1916 sebagai tanda protes dan timbul berbagai pemberontakan, merisaukan Yuan Shikai, akhirnya ia mengurungkan niatnya menjadi kaisar dengan gelar Hongxiang pada tanggal 23 Februari 1916 dan memambatalkannya sama sekali pada tanggal 23 Februari 1916. Pengikut Guo Mindang (pihak Dr Sun) tidak sabar lagi dengan kekacauan dalam bidang pemerintahan tersebut, mereka lalu membentuk pemerintahan baru dalam pimpinan Li Yuan Hong dengan demikian china terpecah menjadi 2 (Yuan diutara dan Li di Selatan).
C. Era Para Gubernur Militer (Warlord)
Wafatnya Yuan belum berarti menyelesaikan masalah yang mendera republik yang masih berumur muda ini. Para gubernur militer atau penguasa local yang disebut warlord saling bertempur satu sama lain memperebutkan kekuasaan; bahkan pemerintahan pusat tak berdaya. Adanya hak ekstra-teritorial yang diberikan kepada bangsa asing ikut menyebabkan mengapa peperangan itu tidak ada habis-habisnya. Jika seorang warlord kalah, ia akan melarikan diri ke wilayah ekstra-teritorial asing yang tidak dapat dijangkau oleh lawannya sambil menunggu kesempatan untuk bertempur kembali.
Era ini berlangsung dari tahun 1916 hingga penyatuan Cina kembali oleh Chiang Kai Shek (Jiang Jieshi) pada tahun 1928. Perang Dunia I yang saat itu sedang bergejolak membuat Cina ikut terseret didalamnya. Bangsa Barat akan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Cina apabila tidak mau menyatakan perang terhadap Jerman, sebagai gantinya Bangsa Barat akan memepertimbangkan penundaan pembayaran penggati rugian selama pemberontakan Boxer. Ternyata pihak Cina setuju dan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Jerman pada tanggal 14 Maret 1917. Perdana Menteri Duan Qirui menyetujui untuk diadakannya perang, rapat gubernur-gubernur juga menyetujuinya. Tetapi anggota parlemen tidak setuju, dan Duan meminta presiden untuk membubarkan parlemen. Inilah yang mengawali warlordisme di Cina.
Pada tanggal 23 Mei, presiden memecat Duan yang melarikan diri ke Tianjin. Lalu Duan dengan kesal hati membuat pemerintahan baru dan menyatakan lepas dari pemerintahan Cina dengan Xu Shichang Sebagai presidennya. Presiden Li Yuanzhong dengan ini meminta perlindungan Jenderal Zhang Xun, seorang pengikut setia Dinasti Qing. Bunting bagi Li, ternyata Zhang menghianatinya, bahkan Zhang berniat untuk mengembalikan Cina kepada sisitem monarki dan memberikan jabatan Kaisar kembali kepada Pu Yi. Li tak kuasa menghadapi Zhang dan melarikan diri ke gedung kedutaan Jepang.
Duan rupanya tak setuju atas kembalinya Cina ke sistem monarki. Ia menyerang Beijing dan mengalahkan Zhang. Ia kembali menjadi perdana menteri di Beijing, dan meminta Li untuk kembali menjadi presiden, namun Li menolak, dan akhirnya jabatan presiden diberikan kepada Feng Gouzhang tertanggal 17 Juli 1917. Duan mendapatkan keleluasaan melakukan perang dengan Jerman. Pembayaran atas rampasan pemberontakan Boxer serta wilayah ekstra-teritorial yang dulu diberikan kepada Jerman dihapuskan, sesuai janji sekutu. Anggota parlemen yang dibubarkan oleh Li Yuanzhong melarikan diri ke selatan. Mereka menolak pemerintahan Duan Qirui di utara dan menggapnya tidak sah.
Permintaan sementara di Selatan dipimpin oleh Dr. Sun sebagai pemimpinnya didirikan pada bulan September 1917 dan dinyatakan sebagai pemerintahan yang sah satu-satunya menurut undang-undang dasar. Namun pihak asing tak mengakui pemerintahan ini. Sekali lagi Cina terpecah menjadi dua: pemerintahan Duan Qirui di utara dan Goumindang di selatan. Namun di utara terpecah juga. Pemerintahan Duan yang waktu itu terlalu condong ke Jepang menghawatirkan Amerika Serikat. Mereka takut kalau-kalau nanti Cina akan dijadikan Negara pengaruhnya sehingga mengancam Negara-negara lain. Dan saat itu diadakan pertemuan antara R. Lansing Menteri Negara Amerika Serikat dengan Kikujiro Ishii duta besar istimewa Jepang pada tanggal 2 November 1917. Akhirnya disepakati bahwa kedua Negara tak akan melanggar kemerdekaan dan kedaulatan Cina.
 Duan menghapus undang-undang dasar dengan mengubah undang-undang pemilihan anggota. Presiden Feng Gouzhang kecewa akan keputusan Duan, dan mengundurkan diri, lalu diangkatlah Xu Shichang sebagai penggatinya tanggal 10 Oktober 1918. Perang Dunia I dimenangkan oleh Sekutu. Dan membuat Cina yang berkiblat kepada sekutu ikut duduk di kursi kemenangan. Namun ada yang ganjil, ternyata Cina dikelabui oleh pihak Asing. Wilayah Jerman yang dijanjikan untuk dikembalikan kepada pihak Cina malah diserahkan kepada Jepang. Cina tak terima dengan pernyataan itu, Cina meminta agar pasukan-pasukan asing ditarik dari negerinya dan wilayah sewaan serta ekstra-teritorial agar dikembalikan, serta hak untuk menetapkan sendiri tariff  bea dan cukai. Dalam perjanjian Versailles pada tanggal 28 Juni 1919, janji yang diingkari sekutu untuk mengembalikan wilayah Cina diwujudkan dengan Cina tidak menandatangani perjanjian tersebut. Hasil perjanjian yang akan merugikan ini, membuat mahasiswa Cian berontak dan melakukan perlawanan kepada Menteri Luar Negeri Zhang Zongxiang. Dan gerakan ini disebut juga dengan “Gerakan Empat Mei”.
Ditahun 1921, pemerintahan Beijing mengirimkan tentara untuk menaklukan pemerintahan Goumindang di selatan. Sebaliknya Dr. Sun juga mengirimkan tentara untuk menaklukan Cina Utara; dimana tanggal 6 Mei 1922 pasukan mereka telah berhasil memasuki Provinsi Jiangxi. Namun sebulan kemudian, Chen Jiongming seorang jenderal Dr. Sun, melakukan pemberontakan. Untunglah Dr. Sun dapat melarikan diri ke sebuah kapal perang di Sungai Mutiara dan berlayar menuju Shanghai bersama Jiang Jieshi. Setelah pemberontakan Chen ini berhasil dipadamkan (bulan Januari 1923), Dr. Sun kembali ke Canton. Pemberontakan ini menggagalkan usaha penyatuan kembali Cina dibawah pemerintahan Goumindang.

2.3 Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya Republik China
a. Politik 
Sistem politik Republik Cina, Menampilkan perubahan secara lambat tapi pasti yang berasal dari kekuasaan tertinggi partai tunggal menuju sistem yang lebih terbuka dan bersaing sifatnya.Faktor terpenting dan bertanggung jawab atas perkembangan ini adalah idaman politik dr. Sun Yat-sen (Pendiri Republik Cina dan pencipta Kuomintang), Perubahan bersejarah tertentu dan perkembangannya ekonomi yang baru lalu atas Taiwan.
Tujuan utama himpunan ini adalah untuk meruntuhkan dinasti Man-shu dan memodernisasikan negara. Dr. Sun percaya bahwa sistem dua partai dan dengan satu partai pegang kemudi pemerintahan dan yang lain mengadakan pengawasan, maka hal itu dapat mencegah adanya penyalah gunaan kekuasaan dan menjamin terselenggaranya stabilitas dan kemajuan lebih lanjut. Republik itu didirikan pada tanggal 1 januari 1912. Tak lama setelah itu negara terlibat dalam perpanjangan waktu keadaan penguasa perang tertinggi Cina, dan parlemen Beying hanya menjadi boneka menghadap para penguasa militer tersebut. DR. Sun lalu menuju ke kantor dan menyelenggarakan kembali partainya bulan Oktober 1919. Ia menamakannya Chu – Kuo Kuomintang (partai nasional cina), yang tetap menggunakan nama partai yang resmi sejak itu, ia pula mendirikan sebuah pemerintahan sementara, dan dirinya sebagai panglima tertinggi pertama dan secara aktif siap untuk melancarkan kampanye militer melawan para jendral perang lainya dibagian utara Cina.
            Dengan didirikanya KMT pada bulan oktober 1919, Dr. Sun telah berkeyakinan, bahwa suatu lapisan masyarakat demokratis hanya dapat dijangkau dalam bentuk tahap. Atas dasar itulah,ia mengatur teorinya guna membentuk kembali negara dalam tiga tingkatan tertentu  tahap militer,wakil politik dan terakhir tahap demokrasi berdasarkan Undangan – undang Dasar. pemerintah juga menetapkan keputusan keadaan darurat, yang menghidupkan hukum perang dan meneruskannya ke dalam beberapa perubahan konstitusi sementara yang memperlebar kekuasaan tertentu bagi presiden.
Walaupun pemilihan untuk kedudukan pemerintah setempat diadakan secara teratur sejak 1950 ke atas, hanya tiga partai yakni KMT, partai cina muda , dan partai Sosialis Demokrasi Cina yang dibolehkan untuk menggelar para calon resminya. Pada akhir Februari 1990, sejumlah 42 partai mendaftarkan diri pada kementrian dalam negeri. Secara nominal, Republik cina kini menganut sistem partai majemuk, akan tetapi mengingat akan hasil pemilihan umum yang lalu, maka KMT serta partai Progresif Demokrasi (DPP) yang baru tebentuk itu sajalah yang sanggup memainkan peranan berarti di arena politik. Apa yang sebenarnya muncul adalah sistem dua partai yang efektif.
Tiga Dasar Filsafah rakyat
            Ideologi resmi KMT, sejak lahirnya didasarkan atas ketiga dasar filsafah rakyat yang dicetuskan oleh Dr. Sun, yaitu butir dasar nasionalisme butir demokrasi, dan butir dasar kesejahteraan sosial ( juga diartikan sebagai butir dasar nafkah penghidupan rakyat ). Butir dasar nasionalisme bermaksud untuk mencapai tiga obyektifitas utama : pertama suatu status yang sama dan bebas bagi Cina dalam masyarakat negara, bebas dari dominasi orang ; kedua bebas dari seluruh kelompok etnis dalam negara Cina ; ketiga pemulihan serta kebangunan kembali tradisi kebudayaan Cina.
Butir dasar Demokrasi bertujuan untuk menjamin, bahwa rakyat menikmati kebebasan penduduk yang diperuntukkan bagi mereka,khususnya “kekuasaaan politik”, sementara pemerintahan memiliki “kekuasaan memerintah”. Kekuasaan sebelumnya terdiri dari kekuasaan : kekuasaan hak memilih;, memanggil kembali, gagasan, dan referendum; yudikatif, pemeriksa serta pengawas yang diajalankan oleh kelima cabang pemerintahan. Butir dasar kesejahteraan sosial dirancangkan untuk menghantar mutu ekonomi yang makmur serta masyarakat yang bijaksana. Hal itu memungkinkan tercapainya sistem perusahaan yang bebas dengan unsur perencanaan pemerintah,dapat menghimbau agar kekayaan secara pesat laku pengdistribusian dilakukan secara merata.
Yuan Shikai Politik Pada masa pemerintahan Yuan Shikai, ia membuat Undang-undang dasar baru yang disahkan pada bulan Mei 1914 itu memperbesar kekuasaan presiden dan memanjangkan masa jabatannya dari 5 tahun menjadi 10 tahun. Selain itu, presiden dapat dipilih kembali secara terus-menerus tanpa batas, sehingga dengan demikian, Yuan menjamin bahwa dirinya dapat menjadi presiden seumur hidup. Yuan Shikai sebenarnya tidak ingin menjalankan suatu sistem parlementer tetapi ia ingin mengembangkan sistem kekaisaran lagi, bahkan pada tahun 1915 Yuan Shikai mencoba mengangkat dirinya menjadi kaisar. Namun, mendapat banyak pertentangan dari rakyat sehingga menemui kegagalan. Demi menjadi seorang kaisar Yuan Shikai mulai menyingkiran para pesaing melalui pembunuhan politik serta mengganti gubernur-gubernur provinsi dengan para pengikutnya.
Chiang Kai Shek Politik Kursi pemerintahan dibagi menjadi lima lembaga atau Yuan yakni, Yuan Eksekutif, Legislatif, Penguji, dan Pengawas. Tiga Yuan pertama sama dengan yang beralu dibarat, sedangkan Yuan yang terkahir bersifat khas China sepenuhnya. Dari kelima kekuasaan tersbut hanya kekuasaan eksekutif yang dapat berfungsi karena fungsinya tidak diambil alih oleh partai atau tentara. Tentara juga mempunyai beberapa departemen sendiri, dan sektor militer dari angkatan pemerintahan dikuasai secara penuh oleh Chiang Kai Shek dan teman-temannya. Sektor militer tersebut semakin besar dan semakin mengambil alih kekuasaan sipil. Hubungan dengan negara lain berjalan baik terutama dengan negara barat. Banyak negara barat yang melepaskan hak ekstrateritorial. Pada masa itu juga terjadi pemulihan otonomi bea dan cukai.Chiang Kai Shek meluaskan kekuasaannya melalui keluarganya yang jelas menyebabkan korupasi dan nepotisme. Politik perpajakan semasa rezim Nanking terpusat pada kota. Seluruh pajak tanah diserahkan kepada provinsi, sedangkan 50% dari penghasilan pemerintah pusat berasal dari bea cukai dan selebihnya dari pajak tidak langsung.
b. Ekonomi
Pada masa pemerintahan Yuan Shikai, ia mencoba meminjam modal asing dari Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Belgia, dan Jepang sejumlah ₤ 25.000.000. Beberapa asset pertambangan dikuasai Jepang karena menjadi Negara bagian dari 21 permintaan Jepang. Selain itu pemerintah juga mengadakan pemboikotan kepada barang-barang Jepang sebagai bentuk ketidaksukaannya pada kependudukan Jepang. Ekonomi Industrialisasi mulai ada meski baru dalam skala kecil. Selain itu adanya kesepakatan dengan pihak asing mengenai wilayah sewaan tarif bea dan cukai akibat adanya hak ekstrateritorial dari bangsa asing. Ekonomi Pada masa pemerintahan Nanking dibangun jalur jalan dan jalan kereta api untuk mempermudah perdagangan, sistem keuangan diperbarui, dan bahkan mata uang disatukan. Tahun 1935 mata uang perak digantikan oleh uang kertas.
c. Sosial
Cengkraman Jepang semakin kuat dengan 21 tuntutannya yang 3 bagian utamanya disetujui oleh Yuan Shikai para pegawai pemerintah, penasehat pemerintah pusat, dan lembaga kepolisian banyak dipegang oleh bangsa Jepang. Budaya Dimulai dari masuknya pemikiran dari barat seperti : Liberalisme, Individualisme, Darwinisme sosial , dan lain-lain yang mulai masuk ke China sekitar abad ke-20. Ditandai dengan munculnya gerakan intelektual yang terkenal sebagai “Gerakan Kebudayaan Baru” pada tahun 1916. Masuknya pemikiran dari barat ini membuat aliran konfusianisme diserang dengan argumen yang sebagian berasal dari China sendiri, dan sebagian secara langsung diambil dari pemikiran Barat. Khususnya etik tradisional dan sistem keluarga menjadi sasaran dari serangan argumen ini. Gerakan anti-konfusianisme ini sangat radikal dan menganjurkan emansipasi wanita bahkan hak yang sama bagi kaum muda. · Warlord Politik Pemerintah pusat tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, hanya sekedar nama saja karena pada prakteknya yang memegang kekuasaan adalah para warlord yang banyak tersebar di China. Pemerintah dikuasai oleh kelompok militer yang selalu berubah dan hanya memiliki kekuasaan dominan. Adanya hak-hak istimewa ekstraterotorial kepada bangsa asing yang membuat keadaan menjadi kacau. Sosial Adanya gerakan 4 Mei 1919 pada waktu itu mahasiswa Universitas Peking melancarkan demonstrasi melawan ketentuan dari perjanjian Versailles, demonstrasi ini menyebabkan perkembangan yang baru di berbagai bidang.Banyak terjadinya ketidakstabilan keamanan akibat peperangan diantara para warlord. Kegiatan industrialisasi dan urbanisasi menghasilkan golongan kaum-kaum proletar. Kelas menengah di kota bertambah banyak dan diantara mereka mempunyai perasaan nasionalisme yang kuat, selain itu banyak pula boikoit-boikot anti Jepang, dan mulai muncul pemogokan dari kaum proletar.
Terjadi kemunduran keadaan di pedesaan karena KMT mengangkat pegawai baru, pegawai tersebut pada umumnya orang yang dididik di luar negeri bukan orang asli yang berasal dari pedesaan. Adanya perubahann orientasi dari kaum Gentry yang tadinya kepanjangan tangan dari pemerintah menjadi perdanganan dan ekonomi pada umumnya, sedangkan sistem tradisionalnya diabaikan. Keadaan materi petani sangat buruk karena perang terus menerus dan kekacauan disisi lain perkembangan dari industri modern sudah cukup penting sehingga kerajinan dan industri rumah tangga amat dirugikan. Budaya Propaganda “gerakan kehidupan baru” untuk mengatasi problem daerah pedesaan. Penyebaran pemikiran barat dan ilmu penegtahuan barat tetap berlangsung terus dibidang sastra dan realisme sosial menjadi dominan seperti di Liga Penulis Kiri. Munculnya penulis-penulis seperti penulis dari roman trilogi keluarga dan Lao She, penulis dari roman Lo-t’o hsiang-tzu yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul “Rickshaw Boy”.

c. Budaya
Adanya gerakan konfusianisme modern untuk dapat membenarkan pembaharuan social dan politik, meskipun tidak berhasil karena norma-norma tradisional masih bertahan lama. Adanya gerakan ”kebudayaan baru” yang banyak mengkaji pemikiran-pemikiran dari barat.Di bidang ilmiah sejarawan seperti Ku Chieh-kang mulai meneliti kembali sejarah cina, khususnya sejarah kuno. Adanya revolusi sastra, yaitu gerakan untuk mengganti bahasa tertulis kuno / wen-yen yang hanya dapat digunakan dan dimengerti setelah studi yang lama, oleh bahasa pai-hua yang dekat dengan bahasa sehari-hari.
·         Lukisan
            Keaslian yang dapat diperiksa dan benar-tidaknya daripada seni murni di Cina membentang jauh kembali ke jaman purbakala. Lukisan garis dalam membentuk ukiran pada tanah liat, tembaga , serta batu permata jade bertolak da tanggal kurun waktusejarah yang terawal. Lukisan seni dinasti Ch’in (221-206 Sebelum masehi) dan dinasti Han (206 sebelum masehi) sering meyentuh karangan terambil dan klasik kuno dan teks serta adegan bersejarah dalam keidupan sehari-hari rakyat biasa sebagai pokok persoalanya.
Pemandangan alam,bunga dan burung, dan gambar proporsi manusia terdahulu terdiri dari tiga kategori lukisan tradisioal Cina. Yang mulai menanjak menuju bentuk yang terulung di saat pertengahan dinasti T’ang (618 – 907 Masehi ) dan dinasti sung ( 960 – 1279 M ) merupakan pendukung utama atas lukisan Cina.
Dalam dinasti Mongol Yuan  (1271 – 1368 Masehi ), istana kerajaan tidak memelihara kelangsungan akademi seni lukis yang formal, dan gaya lukisan yang mencerminkan pengaruh penguasa dinasti terasan menurun sifatnya. Para pelukis beasiswa berdatangan  untuk mendominasikan arus terpenting yang melanda lukisan Cina. Alat pendukung yang mendasar pada lukisan cina seperti kaligrafi Cina, adalah garis. Pada dinasti Yuan berlangsung suatu gerakan yang penting untuk melebur kaligrafi dan lukisan.
Sesudah revolusi 1911 lukisan Cina pertama-tama berlanjut dalam tradisi artistic dinasti Ch’ing akan tetapi kemudian secara pribadi member peluang pada pengaruh barat itu sendiri
·         Tulisan Tangan Indah ( Kaligrafi )
Dengan adanya “empat obyek berharga dalam pelajaran” yaitu : kuas, tangkai kayu untuk tinta, kertas, serta sapuan garis, para pakar kaligrafi Cina telah mengembangkan gaya kaligrafi yang berbeda serta tak terhitung banyaknya berabad-abad lamanya. Gaya utama dapat dikelompokka dalam lima tipe dasar bentuk tulisan : Cuan-shu atau “tulisan tangan yang melekat”, Li-shu atau “tulis tangan yang resmi”, Kai-shu atau “tulis tangan yang teratur, Hsing-shu atau “tulis tangan yang berlari” dan Tsao-shu atau “rumput” atau “tulis tangan dengan bentuk kursif”
Tiap gaya kaligrafi dapat dibedakan dan bahkan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Garis tulis tangan yang melekat adalah sangat halus,seragam, dan kuat sekali dan cederung untuk bidikan pada bagian terakhir. Hal ini merupakan awal dari gaya kaligrafi yang telah mencapai puncak ketenarannya pada zaman dinasti Ch’in ( 221 – 207 SM) tulis tangan resmi muncul sebagai tanggapan atas perlu adanya suatu gaya tulisan yang dapat dilaksanakan dengan segera ,dan bukan seperti tulis tangan melekat yang tidak  praktis. Kecenderungannya menuju tulis tangan yang menuju tulis tangan yang kurang mrnghasilkan ini berlanjut bersama dengan perkembangan Kai-shu atau tulis tangan yang teratur.
·         Opera Cina
            Sampai dengan awal abad dewasa ini, disaat drama yang nyata diperkenalkan kepada Cina, pada hakekatnya semua drama Cina bersifat opera pada wujud srta persembahannya. Meskipun pertunjukkan teather, yang khususnya terdiri dari dialog tatap muka, bukannya tidak dikenal, namun pertunjukkan ini tidak pernah diolah secara sungguh-sungguh.
Dalam arti yang luas,istilah “Opera Cina” memeluk segala bentuk teather dunia lainnya, maka keadilan opera Cina dapat ditelusuri secara balik kepada acara keagamaan yang kuno, dan dalam kaitannya dengan Cina, mengajak kembali sejauh ribuan tahun sebelum masehi. Berkas yang membentuk tulisan, gambar dan berhubungan dengan barang kuno , bertolak dari kurun waktu ini, membuktikan kebenaran adanya kegiatan adanya kegiatan teather baik untuk tujuan hiburan maupun agama.
Adat kebiasaan panggung pada seni opera Cina, sebagai mana terlihat jelas pada musiknya. Agak sedikit berbeda antara bebrbagai aliran dan gaya. Misalnya pada opera di semua wilayah, panggung itu penting dalam keadaan kosong, dan hanya barang yang perlu atas pentas yang dipertunjukkan secara simbolis, dan fungsionil. Peragaan kostum bercorak ragam warnanya dan disulam secara meluas, dan tidak tampaknya kebenaran sejarah yang dicarikan dalam tata pakaianya tersebut.
Opera Beijing menunjukkan aliran gaya yang paling tersohor dalam teather seni Cina. Disamping merupakan opera Nasional Cina yang mendominasiseni teather Cina selama dua abad, betapapun telah ditegaskan dalam pengakuan secara internasional dan mempengaruhi pengubah sandiwara yang sedemikian unggul seperti brecht dan lonesco. Dengan adanya minat yang bertambah di Taiwan dalam membangkitkan kembali, maka opera Beijing dapat mengharapkan terpampangnya masa depan yang sangat mengasikkan.
·         Pendidikan

Awal abad ke-20 pendidikan modern sebagian besar dikerjakan oleh misi Katholik dan Protestan. Pada tahun 1949 pengaruh nasrani atas pendidikan cukup besar walaupun Komunis melarang setiap campur tangan dari misi Katholik dan Protestan dalam pendidikan. Partai Komunis China sangat mempegaruhi organisasi dan isi dari pendidikan modern. Sampai tahun 1949 sistem pendidikan di China mencontohkan sistem di Amerika, tetapi di RRC seluruh sistem pendidikan tinggi disesuaikan dengan model Rusia dalam mata pelajaran tekhnik ditekankan. Salah satu kelemahan dari sistem pendidikan modern adalah sulitnya menemukan jumlah guru yang baik dan cukup.

2.4.  Proses Perkembangan Paham Komunisme di China
Sejak perang Candu (1840), bangsa cina merosot derajatnya dari suatu bangsa yang memiliki peradaban yang cemerlang menjadi bangsa yang tertindas dan terhina oleh bangsa Barat. Bahkan Jepang yang merupakan Negara kecil di Asia mampu juga menindas peradaban bangsa Cina. Kemudian setengah abad berlalu, ketika Negara tetangga Cina, yaitu Rusia, dilanda Revolusi Bolshevik (oktober 1917); kerajaan Rusia ditumbangkan dan diganti dengan Republik Uni Soviet di bawah kekuasaan Partai Komunis Rusia. Perang Dunia I yang meruntuhkan sistem monarki Rusia yang diikuti dengan diturunkannya tahta Tsar Nikolai II bahkan dibunuh oleh kaum komunis tahun 1917. Rusia menjadi republik sosialis dibawah Lenin. Pemerintahan baru itu ingin membina hubungan diplomatik dengan Cina serta menyebarkan paham komunisme disana. Pada pertengahan 1918 seorang kepala perpustakaan dari Universitas Beijing, Li Da Jao, mendirikan Perhimpunan Penelitian Marxisme, anggota-anggota pertamanya Mao Ze Dong (seorang asisten Li Da Jao), Qu Qiu Bai, dan Zhang Guo Tao yang kelak kemudian hari menjadi tokoh-tokoh besar Partai Komunis Cina. Pada tahun 1919, Voitchinski mendirikan sekolah untuk memperlajari komunisme di Shanghai.
Lebih jauh lagi, pemerintahan Uni Soviet mengirimkan Abraham Adolf Joffe ke Beijing untuk mengadakan perundingan mengenai daerah-daerah ekstra-teritorial dan pelabuhan-pelabuhan yang pernah di rampas oleh Rusia dari Cina. Uni Soviet menyatakan semua daerah itu akan dikembalikan kepada Cina. Namun usaha Joffe ini diabaikan oleh pemerintahan Beijing, sehingga ia akhirnya beralih pada pemerintahan Goumindang di selatan. Dr. Sun menerima tawaran Joffe, namun ia berpendapat bahwa paham komunis tidak dapat diterapkan di Cina, Joffe menerima, hal itu diungkapakan dalam manifesto bersama tertanggal 26 January 1923. Joffe mengungkapkan kembali akan mengembalikan daerah-daerah yang pernah diambil Uni Soviet untuk dikembalikan ke Cina. Dengan demikian, terjalinlah hubungan antara pemerintahan Goumindang dengan Uni Soviet.
Sun mengutus Jiang Jieshi (Chiang Kai Shek) untuk mengadakan kunjungan persahabatan ke Uni Soviet serta mempelajari keadaan politik dan oraganisasi pemerintahan disana. Setelah 3 bulan Jiang Jieshi berada di Uni Soviet, akhirnya ia mendapat kesan bahwa revolusi dunia dan internasionalisme yang didengung-dengungkan oleh kaum komunis itu adalah lebih berbahaya dari kolonialisme. Dia curiga bahwa janji-janjinya yang muluk-muluk itu hanya sebagai kedok dari tujuan imperialisme Rusia belaka. Dr. Sun yang menerima laporan tersebut menanggapinya dengan menasehati Jiang Jieshi untuk tidak terlalu memantau terlalu jauh ke depan, dan sebaliknya agar lebih mengahayati revolusi Cina yang sedang berkobar.
Soviet untuk selanjutnya mengirim penasihatnya ke Cina. Dua orang terkemuka di antara mereka adalah Michael Borodin, yang sangat berpengalaman dalam mengatur jalannya revolusi serta Jenderal Blucher. Borodin dijadikan tangan kanan Sun Yat Sen dalam mengatur system organisasi Goumindang; sedangkan Jenderal Blucher ditugaskan untuk mengajar di Whampoa Military Academy, suatu akademi militer yang didirikan oleh Dr. Sun di Whampoa pada tahun 1924. Jiang Jieshi diangkat sebagai pimpinan sekolah tersebut dan Zhou Enlai (kelak perdana menteri RRC) memimpin divisi politiknya. Tanggal 20 January 1924 diselenggarakan Kongres Nasional Goumindang ke satu. Pada kesempatan itu Sun Yat Sen mengutarakan kebijaksanaan politiknya yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1.  Persatuan dalam jajaran Goumindang untuk dapat menciptakan persatuan nasional;
2. Persahabatan dengan Uni Soviet pada umumnya, dan kerja sama dengan kaum komunis Cina.
Goumindang direorganisi kembali dan berdasarkan keputusan Kongres Nasional bulan Januari 1924, kaum komunis Tionghoa diperbolehkan untuk menjadi anggota Goumindang demi memperkuat unsure revolusionernya, asalkan mereka bersedia mematuhi asas-asas Goumindang.
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 12 Maret 1925, Dr. Sun wafat dengan penyakit kanker yang diidapnya. Wafatnya Dr. Sun merupakan pukulan besar bagi bangsa Cina, ditandai dengan di bulan Juni 1925, hampir terjadi insiden yang akan menimbulkan konflik internasional. Kekacauan terjadi Cina dengan tidak adanya pemimpin yang tepat. Kekacauan itu serta wafatnya Dr. Sun menggagalkan persatuan nasionalis Cina. Pemerintah Goumindang di Canton lalu melantik Wang Jingwei sebagai presiden. Namun di utara banyak kepala pemerintahan yang bergejolak contohnya saja Feng Yuxiang dengan Zhang Zoulin. Zhang berhasil dikalahkan dan melarikan diri ke Mancuria, tetapi kemudian bersekutu dengan Wu Peifu dan mampu menyingkirkan Feng. Feng sendiri melarikan diri ke Mongolia lalu ia mengunjungi Rusia dan pada bulan Juni 1926 bergabung dengan Goumindang.
Jiang Jeishi memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap komunis. Ia melakukan gebrakan dengan menangkapi banyak anggota yang pro-komunis tanggal 20 Maret 1926. Ia membuat keputusan untuk bertempur membebaskan Cina dari cengkraman negeri-negeri asing dan para warlorld yang menyengsarakan rakyat. Pada saat yang sama dengan berlangsungnya penyatuan Cina yang dipimpin Jiang, anggota sayap kiri Goumindang yang prokomunis memindahkan pusat pemerintahan mereka ke Wuhan dengan Wang Jingwei sebagai pemimpinnya. Dengan demikian Goumindang terpecah menjadi dua : yakni sayap kanan dan kiri (komunis).
Wang sebagai pemimpin yang bukan komunis ini kewalahan akan tindakan anggota Goumindang yang beraliran kiri. Ternyata Komunis menginginkan untuk menghapuskan Goumindang dan menjadikan Cina sebagai Negara Komunis. Oleh karena itu ia menerima ajakan Feng untuk bersatu kembali dengan Jiang dan menghapus komunis. Wang mengirim kembali Borodin serta jenderal Blucher ke Uni Soviet. Anggota yang pro komunis di usir pula pada tanggal 15 juli dan banyak diantara orang-orang yang diusir tersebut mengikuti Borodin dan Blucher ke Uni Soviet. Hal ini membuat putus hubungan antara Goumindang dengan komunis. Walaupun sudah terlepas dari komunis, namun anggota Goumindang tetap saja kontra terhadap Jiang, dan berniat merobohkan pemerintahan Nanjing bentukan Jiang , dan hal ini yang menyulitkan Jiang untuk menyatukan Cina karena harus berperang menghadapi 2 kubu . Namun, belakangan terjadi kesepakatan yang membuat mereka bersatu pada Januari 1928.
 Gerakan untuk mematahkan para warlord di utara dapat diteruskan kembali. Di pihak lain, Pasukan Pemukul Utara dapat mengalahkan para warlord yang menyerah dan bergabung dengan Jiang. Semua para warlord secara serempak menyadarkan diri atas kekalahan mereka, dan Cina bersatu di bawah kekuasaan Jiang Jeishi.













BAB III
PENUTUP
                                                                                          

3.1. Kesimpulan
            Republik Cina berdiri dikarenakan: 1)  Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang pernah membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang Hsi dan Ch'ien Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina. 2) Pemerintahan Manchu dianggap kolot dan telah bobrok. 3)  Adanya korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan Istana Manchu. 4)  Munculnya kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal paham-paham Barat, seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk menggulingkan pemerintahan Manchu. Hal ini juga yang mendorong timbulnya banyak pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat ditambah pula masuknya paham-paham Barat pada daerah ekstratorial di selatan China. Puncaknya adalah gerakan revolusioner yang didesuskan oleh Dr. Sun Yat Sen.
Dr. Sun Yat Sen yang menempuh pendidikan di luar negeri mencanangkan tentang memerdekakan China dan merubah sistim pemerintahan menjadi Republik. Pada tanggal 1 Januari 1912 Dr. Sun Yat Sen diambil sumpahnya dan resmi menjadi presiden sementara sekaligus Presiden pertama Republik China, pada saat itu juga Republik China resmi berdiri.
Banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat Republik China berdiri seperti ,tentang pemerintahan Dr. Sun Yat Sen yang digantikan oleh Yuan Shikai, masa pemerintahan Warlord yang pada akhirnya memecah China menjadi 2, selatan dan utara dan juga masuknya paham komunisme di China.



DAFTAR PUSTAKA

Taniputera, ivan. 2009. History of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Hwa Kwang. 1991. Republik China Selayang Pandang. Taipe. Published by Kwang Hwa Publishing Company


1 Komentar:

Pada 9 April 2016 pukul 08.35 , Blogger Cheq Utami_@kembara ilmu di Bumi Allah mengatakan...

terima kasih.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda